Dewan Energi Nasional (DEN) menyatakan ketahanan energi Indonesia saat ini dalam kondisi aman, seiring dengan kenaikan harga komoditas energi di pasar internasional. Harga komoditas energi seperti minyak, gas dan batu bara melonjak sebagai dampak dari perang Rusia-Ukraina.
Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengatakan indeks ketahanan energi RI yang saat ini berada di angka 6,57 yang artinya aman. Dalam menghitung indeks ketahanan energi nasional, setidaknya terdapat empat variabel yang digunakan pemerintah, yakni ketersediaan, harga, akses bagi masyarakat, dan keselamatan lingkungan.
Untuk ketersediaan pasokan energi, Indonesia saat ini masih memiliki cadangan batu bara dan gas bumi yang mencukupi. Bahkan 75% batu bara RI masih diperuntukkan untuk tujuan pasar ekspor. "Gas kita juga masih ekspor dalam bentuk LNG dan gas pipa. Untuk EBT kita masih 11,7% jadi perlu mengejar target 23% di 2025," ujar Djoko dalam webinar Energy Corner - CNBC, Senin (7/3).
Namun demikian, Indonesia saat ini juga masih bergantung pada impor minyak mentah, Liquified Petroleum Gas (LPG) dan produk Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis gasoline. Sehingga, ketahanan energi RI belum dapat masuk dalam kategori sangat tahan.
Adapun dalam menentukan indeks ketahanan energi nasional, variabel harga menjadi salah satu faktor yang mempunyai bobot nilai cukup tinggi. Oleh sebab itu, dengan kebijakan pemerintah yang telah memberlakukan harga DMO batu bara untuk pembangkit listrik PLN maksimal sebesar US$ 70 per ton, sangat berpengaruh terhadap indeks angka ketahanan energi.
"Belajar dari pengalaman pemerintah menetapkan harga batu bara US$ 70 per ton sehingga ini menjadi cukup bagus angka daripada indeks ketahanan energi," kata dia.
Adapun EVP Batu bara PT PLN, Sapto Aji Nugroho memastikan bahwa kondisi pasokan energi primer untuk PLN mulai dari BBM, batu bara dan gas saat ini masih dalam kondisi aman. Dimana dalam hal ini, pemenuhan volume maupun harga batu bara telah dijaga berdasarkan ketentuan DMO.
"Sehingga cukup terjamin saat ini di pembangkit kami. Terkait dengan gas kita punya kontrak jangka panjang sehingga pengadaan kita baik dan aman, untuk BBM kita dapat support dari Pertamina," ujarnya.
Adapun berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, bauran energi di Indonesia tetap akan didominasi batu bara pada 2030. Berikut grafik Databoks: