Pelaku usaha migas memprediksi tren kenaikan harga minyak mentah dunia imbas perang Rusia dan Ukraina hanya bersifat sementara. Atas dasar itu, dampaknya tidak akan signifikan terhadap kegiatan investasi hulu migas di Indonesia.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas), Moshe Rizal mengatakan kenaikan harga minyak saat ini justru menimbulkan gejolak sentimen pasar dan meningkatkan ketidakpastian investasi. Mengingat, pergerakannya cukup berfluktuasi atau naik turun.

Menurut Moshe, setidaknya hanya lapangan-lapangan produksi yang dapat memanfaatkan momentum kenaikan harga minyak ini. Salah satunya dengan menggenjot produksinya secara maksimal.

"Namun investasi yang sifatnya jangka panjang seperti eksplorasi, EOR, dan sebagainya masih akan tertekan dengan situasi investasi global yang semakin kompetitif di sektor migas," kata Moshe kepada Katadata.co.id, Kamis (10/3).

Harga minyak sempat menembus level US$ 130 per barel pada perdagangan kemarin, namun kenaikannya hanya sementara, dan kini mulai melambat ke kisaran US$ 122 per barel. Hal tersebut tentunya menyebabkan ketidakpastian terkait berapa lama harga minyak akan bertahan untuk terus naik di tengah perang Rusia dan Ukraina yang berkecamuk.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan