Harga Minyak Dunia Turun Tajam Pekan Ini, Terbesar Sejak November

Muhammad Zaenuddin|Katadata
Ilustrasi. Harga minyak Brent yang naik lebih dari 20% minggu lalu, tetapi turun 4,8% minggu ini setelah mencapai US$139,13 pada hari Senin.
Penulis: Agustiyanti
12/3/2022, 11.07 WIB

Harga minyak dunia sepekan ini mencatatkan penurunan terbesar sejak November, seiring potensi perbaikan pasokan yang tengah terganggu oleh invasi Rusia ke Ukraina. 

Harga minyak mentah telah melonjak sejak invasi yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus." Harga minyak Brent yang menjadi acuan dunia mencapai level tertinggi sejak 2008, tetapi turun tajam karena beberapa negara produsen mengisyaratkan mereka dapat meningkatkan pasokan.

Namun, harga minyak pada Jumat kembali naik setelah turun pada dua hari sebelumnya ketika pembicaraan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 menghadapi tak berujung dan  permintaan Rusia pada menit-menit terakhir memaksa kekuatan dunia untuk menghentikan negosiasi. 

Harga minyak mentah berjangka Brent naik US$3,34 atau 3,1%, pada hari Jumat menjadi US$ 112,67 per barel, setelah mencapai sesi terendah di $107,13. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik $3,31, atau 3,1%, menjadi menetap di $109,33 per barel, turun dari sesi terendah di US$104,48.

"Pembicaraan Iran yang tertunda adalah salah satu faktor pendukung pasar. Pelaku pasar sekarang akan melacak dengan cermat data ekspor Rusia untuk mengetahui berapa banyak pasokan yang terganggu," kata Analis UBS Giovanni Staunovo seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (12/1). 

Presiden AS Joe Biden mengatakan negara-negara industri G7 akan mencabut status perdagangan "negara paling disukai" Rusia, dan mengumumkan larangan AS terhadap makanan laut, alkohol, dan berlian Rusia. Amerika Serikat melarang minyak Rusia minggu ini. 

Staunovo mengatakan, fokus pada pekan depan akan beralih ke laporan pasar minyak dari Administrasi Energi Internasional (IEA) dan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Keduanya telah mengindikasikan pasar harus kelebihan pasokan tahun ini.

Data rig AS dari perusahaan jasa energi Baker Hughes Co menunjukkan pengebor menambahkan 13 rig minyak dan gas alam, sehingga totalnya menjadi 663, peningkatan kesembilan dalam 10 minggu.

Data tersebut merupakan indikator awal dari output masa depan. Pejabat pemerintah AS telah meminta produsen domestik dan global untuk meningkatkan produksi. 

Harga minyak Brent yang naik lebih dari 20% minggu lalu, tetapi turun 4,8% minggu ini setelah mencapai US$139,13 pada hari Senin. Harga minyak mentah AS mencatat penurunan mingguan 5,7% setelah menyentuh tertinggi $130,50 pada hari Senin. Kedua kontrak terakhir menyentuh puncak harga pada tahun 2008.

Pekan ini, konflik Rusia-Ukraina mendorong Amerika Serikat dan banyak perusahaan minyak Barat untuk berhenti membeli minyak Rusia. Namun, da pembicaraan tentang penambahan pasokan potensial dari Iran, Venezuela, dan Uni Emirat Arab.

"Kami sangat memperhatikan katup tekanan yang akan menyerap kejutan pasokan," kata kepala ekonomi UBS Norbert Ruecker.

Analis Commonwealth Bank Vivek Dhar menilai, kesenjangan pasokan tidak mungkin diisi oleh output tambahan dari anggota OPEC dan sekutu yang bersama-sama disebut OPEC+. Ini terutama mengingat Rusia adalah bagian dari pengelompokan tersebut.

Beberapa produsen OPEC+, termasuk Angola dan Nigeria, telah berjuang untuk memenuhi target produksi, membatasi kemampuan kelompok itu untuk mengimbangi penurunan pasokan dari Rusia.