Pabrik penyulingan minyak Amerika Serikat (AS) mulai bulan ini akan mengambil pasokan bahan bakar dan minyak mentah dari Timur Tengah setelah Presiden Joe Biden, melarang impor minyak Rusia sebagai sanksi atas invasi ke Ukraina.
Tahun lalu AS mengimpor sekitar 700.000 barel minyak per hari dalam bentuk berbagai jenis bahan bakar minyak dan bahan baku lainnya melengkapi minyak mentah berat. Adapun Rusia berkontribusi hampir separuh dari total impor tersebut, sedangkan negara Timur Tengah hanya berkontribusi sekitar 5%.
Namun data pelacakan kapal tanker Refinitiv Eikon menunjukkan sekitar 17% dari pasokan minyak di Timur Tengah pada April diatur untuk pembelian bahan bakar minyak AS.
Menurut data Kpler, pada April sekitar 4 juta barel minyak dari pemasok Timur Tengah akan dilepas menuju AS. Ini level tertinggi dalam setidaknya 12 tahun. Sepanjang tahun lalu, mereka memasok total 13 juta barel minyak ke AS.
"Ini adalah tanda yang jelas bahwa kita melihat pergeseran dari mana Amerika membeli bahan bakar minyaknya. Mereka berjuang untuk menutupi hilangnya impor bahan bakar minyak Rusia," kata analis Kpler Matt Smith seperti dikutip Reuters, Jumat (25/3).
Negara-negata Timur Tengah seperti Arab Saudi, Kuwait, Irak dan Uni Emirat Arab terikat kontrak untuk menyuplai sekitar separuh dari semua kebutuhan bahan bakar minyak AS. Diharapkan, minyak-minyak tersebut akan segera dikirim pada April.
Sejumlah analis mengatakan impor bahan bakar minyak dari Meksiko ke Amerika Serikat juga diperkirakan meningkat pada April. Akan tetapi, data pelacakan kargo belum menunjukkan peningkatan karena penjadwalan dari Meksiko biasanya sangat dinamis karena rute angkut yang pendek.
Kargo dari Uni Emirat Arab dan Kuwait yang akan diberangkatkan pada April akan menjadi yang pertama dalam delapan bulan terakhir. Sementara itu, menurut data Refinitiv, bulan Maret ini menandai pertama kalinya bahan bakar minyak Irak akan tiba di Amerika Serikat sejak pertengahan 2021.
AS telah menekan pemasok minyak dunia untuk meningkatkan ekspor. Bahkan AS mulai mempertimbangkan pasokan minyak dari Venezuela dan Ekuador.
"Mungkin ada permainan pasokan di bulan-bulan mendatang, karena minyak Rusia dialihkan dari AS ke Timur Tengah, sementara Timur Tengah mengirim lebih banyak minyak ke AS," kata Smith.
Seperti diketahui, Badan Energi Internasional (IEA) melaporkan bahwa sekitar 3 juta barel per hari minyak dan produk minyak Rusia akan hilang dari pasar mulai April. IEA menyebut, jumlah tersebut jauh lebih besar dari perkiraan penurunan permintaan sebesar 1 juta barel per hari imbas tingginya harga bahan bakar.
Sebelumnya Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson telah meminta Arab Saudi dan Uni Emirat Arab untuk menambah jumlah produksi minyaknya. Tapi sejauh ini mereka menolak permintaan tersebut.
Selain meminta negara timur tengah untuk membantu suplay minyak dan gas, IEA menyarankan negara Uni Eropa untuk menurunkan permintaan minyak, sehingga kesenjangan permintaan dan pasokan dapat terjadi.
Menurut data British Petroleum (BP) Statistical Review of World Energy 2021, negara produsen minyak bumi terbesar saat ini adalah AS yakni sekitar 712,7 juta ton minyak atau 17% dari total produksi global pada 2020. Di bawah AS ada Rusia, yang tercatat memproduksi 524,4 juta ton minyak atau 12,6%.
Di urutan selanjutnya ada Arab Saudi dengan produksi minyak 519,6 juta ton dan kontribusi global 12,5%. Diikuti Kanada dengan produksi 252,2 juta ton dan kontribusi global 6%, serta Irak dengan produksi 202 juta ton dan kontribusi global 4,8%.