Setop Impor Batu Bara Rusia, Uni Eropa Berburu Pasokan Alternatif

ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/foc.
Alat berat beroperasi di kawasan penambangan batu bara Desa Sumber Batu, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Rabu (8/7/2020).
8/4/2022, 15.01 WIB

Negara-negara pengimpor batu bara di Eropa dan Asia diperkirakan akan saling berebut pasokan setelah Komisi Eropa resmi melarang impor batu bara Rusia. Hal ini tidak akan mudah karena eksportir utama seperti Australia dan Indonesia telah mencapai batas produksi.

Sementara itu negara produsen batu bara lainnya seperti Afrika Selatan terkendala masalah logistik. Beberapa negara importir kemungkinan akan berjuang untuk mempertahankan tingkat pasokan yang akan membuat harga batu bara global tetap tinggi.

Larangan impor batu bara Rusia oleh Uni Eropa (UE) akan berlaku mulai pertengahan Agustus 2022, sebulan lebih lambat dari yang direncanakan. "Penundaan tersebut meyusul adanya desakan dari Jerman," kata dua sumber yang mengetahui masalah ini seperti dikutip dari Reuters, Jumat (8/4).

Exxaro Resources, salah satu produsen batu bara terbesar Afrika Selatan, mengatakan kepada Reuters bahwa mereka telah menerima banyak permintaan dari negara-negara Eropa yang ingin menandatangani kontrak pasokan. Mereka mengklaim memiliki kualitas batu bara yang tepat untuk pasar Eropa.

Namun, ada sejumlah hal yang dirasa menyulitkan bagi Exxaro untuk menerima tawaran itu. Salah satunya karena produksi telah dialokasikan dan kendala pada logistik jaringan kereta api di Afrika Selatan. Kapasitas angkut ekspor mineral dari perusahaan kereta api milik negara, Transnet, dibatasi karena adanya pencurian kabel dan vandalisme.

Hal ini menyebabkan para penambang tidak akan dapat mengekspor batu bara lebih banyak untuk memenuhi permintaan yang meningkat.

"Produsen batubara Afrika Selatan mampu memproduksi lebih banyak batu bara, tetapi pekerjaan yang signifikan perlu dilakukan untuk meningkatkan logistik guna meningkatkan pasokan batu bara untuk ekspor," kata Exxaro.

Sementara itu, perusahaan energi Jerman, Uniper, mengatakan telah mengambil langkah-langkah untuk memastikan pembangkit listrik tenaga batu bara di Eropa dapat dioperasikan secara teknis tanpa batu bara Rusia.

Jerman juga telah memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak pasokan batu bara dari Rusia. Toby Hassall, analis utama Refinitiv, mengatakan sebagian besar kontrak pembeli UE untuk batu bara Rusia berlangsung selama satu tahun atau kurang.

Perusahan operasi batubara metalurgi di Australia dan Amerika Serikat, Coronado Global Resources, mengaku telah menerima permintaan untuk batu bara dalam beberapa pekan terakhir dari Eropa. Mereka diharapkan dapat memenuhi sebagian dari permintaan batu bara, antara 18 hingga 19 juta ton pada tahun 2022.

Namun, sejuah ini, mereka masih merahasiakan volume, tujuan dan time line. "Kami memiliki rencana untuk pertumbuhan di tahun-tahun mendatang di luar ini," kata seorang juru bicara Coronado.

"Akan sangat menantang bagi negara-negara OECD untuk mengganti impor batu bara mereka dari Rusia," kata analis CBA Vivek Dhar. "Kapasitas cadangan sangat terbatas di pasar batu bara termal dan kokas."

Di Asia, setidaknya ada dua perusahaan utilitas di Jepang dan Korea Selatan yang telah menghentikan impor batu bara Rusia. Adapun sejumlah negara Asia kemungkinan harus ikut mengentikan impor jika sanksi terhadap Rusia diperluas.

Kyushu Electric Power Co Inc asal Jepang telah setop membeli batu bara Rusia pada akhir Maret dan mencari alternatif pasokan dari wilayah lain. Tahun lalu mereka memenuhi 7% kebutuhan batu bara termalnya dari Rusia. "Kami tidak punya rencana untuk membeli batu bara Rusia tahun ini," katanya.

Di Korea Selatan, setidaknya satu unit perusahaan milik negara, Korea Electric Power Corp (KEPCO) yang mulai mendiversifikasi impor batu bara dari Rusia pada Februari, kata seorang sumber yang mengetahui masalah tersebut.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu