Negara-negara anggota Uni Eropa sepakat untuk menghentikan impor batu bara dari Rusia mulai pertengahan Agustus 2022. Meski demikian, negara berjuluk Beruang Merah tersebut tak khawatir karena masih ada pasar lain yang dapat menyerap batu bara yang ditolak Eropa.
Hal tersebut disampaikan oleh juru bicara Kremlin, julukan pemerintah Rusia, Dmitry Peskov. Menurut dia, permintaan batu bara saat ini sedang tinggi. “Batu bara rusia yang diperuntukkan bagi Eropa akan dialihkan ke pasar lain,” ujarnya seperti dikutip dari Reuters pada Senin (11/4).
Uni Eropa pada Jumat (8/4) secara resmi menjatuhkan paket sanksi kelima terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina. Sanksi ini termasuk larangan impor batu bara, kayu, bahan kimia, dan sejumlah produk lainnya.
“Batu bara masih menjadi komoditas yang sangat dicari. Karena konsumsi di Eropa ditinggalkan, di sini ada masa tenggang tertentu, aliran batu bara akan dialihkan ke pasar alternatif,” ujar Peskov.
Dengan berlakunya larangan ekspor pada akhir pekan lalu, negara-negara Uni Eropa sudah tidak diizinkan menandatangani kontrak pembelian baru batu bara Rusia. Larangan impor tersebut juga satu bulan lebih lambat dibandingkan rencana semula yakni pada Juli.
Menurut data Kementerian Energi Rusia, total ekspor batu bara sepanjang 2021 mencapai 223 juta ton. Sebanyak 48,7 juta ton, atau 22%, diserap Eropa. Simak daftar komoditas Rusia yang diekspor ke Eropa beserta pangsa pasarnya pada databoks berikut:
Menteri Energi Rusia Nikolai Shulginov mengatakan bahwa keputusan negara-negara Eropa untuk meninggalkan batu bara Rusia akan menjadi bumerang. Karena menurut dia proses untuk menggantikan pengiriman batu bara dari Moskow akan memakan waktu dan biaya.
Dia mengulangi bahwa perusahaan batu bara Rusia akan mengalihkan pasokan tetapi tidak menentukan ke pasar mana. Jepang, yang mengikuti langkah Amerika Serikat dan Uni Eropa menjatuhkan sanksi energi, mengatakan pada hari Jumat bahwa pihaknya juga akan melarang impor batu bara dari Rusia.
Eropa diperkirakan akan berebut pasokan dengan negara pengimpor batu bara utama di Asia setelah larangan impor berlaku. Hal ini tidak akan mudah karena eksportir dan produsen utama seperti Australia dan Indonesia telah mencapai batas produksi.
Sementara itu negara produsen batu bara lainnya seperti Afrika Selatan terkendala masalah logistik. Beberapa negara importir kemungkinan akan berjuang untuk mempertahankan tingkat pasokan yang akan membuat harga batu bara global tetap tinggi.
Mengutip data dari investing.com, harga batu bara ICENewcastle yang merupakan harga batu bara acuan dunia telah naik 12,7% dalam sepekan terakhir. Sebelumnya harga batu bara sempat mencapai rekor tertingginya di level US$ 446 per ton.
Kenaikan harga batu bara dunia dipengaruhi oleh musim dingin dan krisis batu bara di Tiongkok. Naiknya harga gas alam juga turut mengerek naik harga batu bara. Simak databoks berikut:
Toby Hassall, analis utama Refinitiv, mengatakan sebagian besar kontrak pembeli UE untuk batu bara Rusia berlangsung selama satu tahun atau kurang. Sedangkan analis dari CBA, Vivek Dhar mengatakan saat ini kapasitas cadangan sangat terbatas di pasar batu bara termal dan kokas.
"Akan sangat menantang bagi negara-negara OECD untuk mengganti impor batu bara mereka dari Rusia," kata Dhar seperti dikutip Reuters.