Asosiasi Pengusaha Batu Bara Indonesia (APBI) menyatakan bersedia menyuplai kebutuhan batu bara untuk PT Semen Indonesia Tbk. yang mengalami kekurangan pasokan untuk produksinya. Perusahaan kekurangan 2,75 juta ton atau 37% atau dari total kebutuhan batu bara yang mencapai 7,5 juta ton pada 2022.
Direktur Eksekutif APBI, Hendra Sinadia, mengatakan asosiasi belum mendapat panggilan dari pemerintah maupun Kementerian ESDM untuk menangani persoalan tersebut. Menurutnya, APBI siap memenuhi pasokan batu bara PT Semen Indonesia dengan skema business to business (B to B).
“Kontribusi kami jangan hanya dilihat dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tapi dengan menerima harga khusus US$ 90 per ton itu juga berkontribusi,” kata Hendra saat ditemui di Hotel Dharmawangsa Jakarta pada Rabu (13/4).
Jika nantinya APBI dihubungi oleh pemerintah untuk menyuplai kebutuhan batu bara Semen Indonesia, Hendra meminta pemerintah untuk memperhitungkan jangka waktu pemberlakuan dan alokasi kebutuhan batu bara yang diperlukan “Jadi kami siap dukung tapi jangka waktu pemberlakuannya harap dikaji,” ujarnya.
Sebelumnya Direktur Utama Semen Indonesia Donny Arsal mengatakan bahwa pihaknya kekurangan pasokan batu bara. Hal ini lantaran jatah DMO batu bara yang mencapai 160 juta ton tahun ini 77% atau 127 juta ton dialokasikan untuk PLN.
“Sisa 23% inilah yang harus diperebutkan industri semen, smelter, dan lainnya,” kata Donny saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR pada Selasa (12/4).
Guna mengamankan pasokan batu bara, Donny meminta pemerintah untuk menetapkan peraturan yang mengatur kepastian alokasi DMO batu bara kepada Semen Indonesia. Pasalnya, walau sudah ada ketentuan DMO 25% dari total rencana produksi, kepastian alokasi kepada perusahaan semen belum diatur secara rigid.
“Kami ingin ada kepastian alokasi dari perusahaan tambang kepada kami, walaupun sudah ada batasan DMO dan jumlahnya, tapi memberikan kepada pihak lain itu tidak diatur,” kata dia.
Donny menekankan, perlu arahan dari pihak terkait untuk mendedikasikan wilayah tambang mana yang nantinya akan mengalokasikan pasokan batu bara mereka ke PT Semen Indonesia.
“Jadi misalnya tambang ‘X’ mesti kemana untuk kepastian, karena kami sudah lelang tapi sedikit yang berpartisipasi karena terkena harga DMO US$ 90 per ton,” ujar Donny.