Eropa Mulai Gantikan Minyak Rusia dengan Pasokan dari Timur Tengah

Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi kapal tanker minyak mentah.
Penulis: Happy Fajrian
25/4/2022, 22.14 WIB

Uni Eropa mulai meninggalkan minyak Rusia dan menggantinya dengan minyak mentah dari Timur Tengah seiring upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasokan energi dari negara tersebut.

Sebuah kapal tanker yang disewa perusahaan energi asal Prancis, TotalEnergies, memuat minyak mentah asal Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, yang merupakan pengiriman pertama dari Timur Tengah ke Eropa dalam dua tahun terakhir.

“CSSSA, armada pengiriman TotalEnergies, menyewa kapal tanker suezmax Moscow Spirit untuk memuat 1 juta barel minyak mentah dari pelabuhan Jebel Dhanna di UEA untuk Inggris pada 1-3 Mei,” tulis laporan pengiriman seperti dikutip Reuters, Senin (25/4).

Lebih banyak kargo dari kadar minyak mentah Abu Dhabi - Murban, Das dan Upper Zakum - diperkirakan akan menuju Eropa dalam beberapa bulan mendatang untuk menggantikan kekurangan Rusia karena Uni Eropa mempersiapkan lebih banyak sanksi terhadap impor minyak Rusia.

“Pengiriman ke Eropa mungkin akan mengalihkan sejumlah pasokan yang semula untuk kawasan Asia. Aliran perdagangan global mulai menyesuaikan diri dengan perubahan dalam pasokan minyak Rusia,” kata para pedagang.

Rusia adalah pemasok minyak terbesar Eropa, menyediakan 26% dari minyak impor UE pada tahun 2020. Namun kawasan ini tengah berupaya untuk mengurangi ketergantungannya terhadap pasokan energi dari Rusia sebagai sanksi atas invasi ke Ukraina. Simak databoks berikut:

Sejauh ini Uni Eropa belum berhasil mencapai suara bulat dalam menjatuhkan sanksi larangan impor minyak Rusia karena ketergantungan yang tinggi beberapa negara anggotanya. Penolakan terkuat berasal dari Jerman yang sangat bergantung pada minyak dan gas Rusia. Austria dan Hongaria juga menolak keras sanksi ini.

Sejumlah analis memprediksi larangan impor komoditas energi Rusia akan menjadi pukulan besar bagi ekonomi Eropa. Pasalnya pemerintah negara-negara di kawasan itu harus menjatah energi bagi perusahaan dan layanan publik.

Kepala serikat BCE Jerman yang mewakili pekerja di industri kimia dan pertambangan, Michael Vassiliadis mengatakan produsen logam, pupuk, bahan kimia, dan kaca akan terpukul keras. "Bahkan penghentian sebagian impor gas ke industri dapat menelan biaya “ratusan ribu” pekerjaan," ujarnya.

Analis pasar senior untuk Inggris, Eropa, Timur Tengah dan Afrika di broker mata uang Oanda Craig Erlam mengatakan sanksi energi Rusia kemungkinan tidak akan mendapat lampu hijau dari Jerman dan beberapa negara lain karena mereka jauh lebih bergantung pada impor minyak, gas, dan batu bara Rusia.

"Perkiraan dampak embargo bervariasi, tetapi hampir pasti akan membawa negara itu ke dalam resesi," ujar Erlam seperti dikutip VOAIndonesia.

Pakar kebijakan energi Simone Tagliapietra dan ekonom Guntram Wolff di think-tank Bruegel di Brussels mengusulkan Uni Eropa menerapkan tarif impor untuk minyak dan gas Rusia. Langkah itu akan mengurangi pendapatan Rusia sambil menghindari pukulan besar terhadap pertumbuhan Eropa.

Sementara di sisi hukum, langkah itu tidak menyalahi kontrak. Para pemimpin Eropa pekan lalu bersikeras bahwa kontrak yang sama melindungi mereka dari permintaan Rusia untuk membayar gas dalam rubel.

"Uang dari tarif impor tersebut dapat digunakan untuk melindungi rumah tangga yang rentan dari harga energi yang lebih tinggi," kata Tagliapietra.