Seorang sumber yang dekat dengan raksasa gas Rusia, Gazprom, mengungkapkan bahwa ada empat perusahaan Eropa yang bersedia membayar pembelian mereka dengan rubel, seperti yang diminta Presiden Vladimir Putin. Keempat perusahaan ini tidak mengindahkan sanksi yang telah dijatuhkan kepada Rusia atas invasinya ke Ukraina
"Sepuluh perusahaan Eropa lainnya juga telah membuka rekening di Gazprombank yang diperlukan untuk memenuhi permintaan pembayaran Rusia," kata sumber anonim tersebut seperti dikutip dari Bloomberg, pada Kamis (28/4).
Meski demikian sumber tersebut mengatakan bahwa Putin belum akan memperluas penghentian aliran gas ke negara-negara Eropa lainnya, paling tidak hingga paruh kedua bulan Mei ketika pembayaran selanjutnya jatuh tempo.
Pada Rabu (27/4) Gazprom menutup aliran gas ke Polandia dan Bulgaria setelah kedua negara tersebut menolak mekanisme yang diusulkan untuk pembayaran dalam rubel. Gazpom menyebut mekanisme pembayaran gas dengan mata uang rubel tidak tidak melanggar sanksi Uni Eropa.
Adapun Rusia memasok gas melalui pipa ke 23 negara Eropa. Sekitar 40% dari total impor gas Eropa berasal dari Rusia, dengan 60% impor dibayar dengan euro dan sisanya dalam dolar.
Setelah Uni Eropa memberlakukan sanksi terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina, Putin menuntut agar negara-negara oposisi membuka rekening di Gazprombank dan membayar impor gas dalam euro dan dolar yang dikonversi menjadi rubel mulai 1 April.
Tetapi blok tersebut mengatakan kepada negara-negara anggotanya bahwa mekanisme yang diusulkan Kremlin, julukan pemerintah Rusia, yang mengharuskan pembukaan rekening euro dan rubel di Gazprombank yang dikendalikan negara Rusia akan melanggar sanksi.
Selain itu pemimpin negara-negara Eropa menilai pembayaran dua tahap seperti yang diusulkan Putin bertentangan dengan kontrak.
Saat ini pemerintah Bulgaria sedang bekerja dengan perusahaan gas negara untuk menemukan sumber alternatif untuk menggantikan pasokan dari Rusia , salah satunya dengan mendapatkan gas dari pipa TurkStream.
Sementara itu, Pemerintah Polandia tidak hanya menolak membayar dengan rubel, negara tersebut juga pendukung Ukraina dalam perang dengan Rusia. Mereka juga menjadi titik transit untuk pengiriman senjata dari Amerika Serikat (AS) dan negara barat lainnya ke Ukraina.
Adapun kontrak Polandia dengan Gazprom sebesar 10,2 (bcm) per tahun yang berkontribusi 50% dari total konsumsi nasional. PGNiG mengatakan bahwa permintaan Rusia untuk dibayar dalam rubel merupakan pelanggaran kontrak Yamal.
Menteri Iklim Polandia Anna Moskwa menekankan bahwa Polandia siap menghadapi situasi seperti itu setelah bekerja selama bertahun-tahun untuk mengurangi ketergantungannya pada sumber energi Rusia.
Dia mengatakan negara itu telah secara efektif independen dalam hal gas Rusia selama beberapa waktu. “Tidak akan ada kekurangan gas di rumah-rumah Polandia,” kata Moskwa melalui akun twitternya @moskwa_anna.