Pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Gas (BBG) untuk sektor transportasi sebesar Rp 1.400 menjadi Rp 4.500 per liter setara premium (lsp) berlaku sejak 1 Mei 2022. Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno menilai, kenaikan harga bahan bakar ini paling terdampak pada jasa angkutan umum bajaj.
Ia menjelaskan, bajaj merupakan jasa transportasi milik swasta sehingga akan sulit mendapatkan bantuan subsidi seperti yang diberikan pemerintah kepada transportasi umum pengguna BBG lainnya, seperti Bus TransJakarta. Pada bus TransJakarta, Pemprov DKI kemungkinan menambah subsidi sehingga tarifnya tak berubah.
"Tarif bajaj kemungkinan naik karena bahan bakar itu termasuk komponen Biaya Operasional Kendaraan (BOK)," ujar Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno saat dihubungi lewat sambungan telepon pada Kamis (12/5).
Djoko menilai, kenaikan harga BBG ini pada akhirnya akan membuat pendapatan supir bajaj menurun. Mereka juga harus bersaing dengan ojek online.
PT Transportasi Jakarta telah memastikan tarif layanan bus tidak akan mengalami kenaikan tarif meski harga BBG naik. Kepala Departemen Komunikasi Korporasi dan CSR Transjakarta, Iwan Samariansyah mengatakan, tarif layanan Bus Transjakarta akan tetap di harga Rp 3.500. Namun, ia menekankan, regulasi kenaikan tarif sebenarnya merupakan wewenang dari Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta.
Iwan mengatakan, Dishub DKI Jakarta umumnya akan memanggil Transjakarta untuk melakukan koordinasi jika akan dilakukan penyesuaian tarif. Namun, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ini belum menerima panggilan dari Dishub DKI Jakarta.
"Biasanya kami diajak bicara, sama-sama menghitung beban operasional yang ada. Hanya saja kalau terkait dengan kenaikan BBG, kebetulan jumlah armada kami yang berbahan gas relatif sedikit,," kata Iwan kepada Katadata.co.id Kamis (12/5).
Saat ini, Transjakarta mengoperasikan 2.000 bus yang 52 di antaranya menggunakan BBG. Sebagaian besar masih menggunakan bahan bakar minyak. Dengan demikian, kenaikan harga BBG tak akan berdampak signifikan pada biaya operasional perusahaan.
Kepala Humas PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) Krisdyan Widagdo Adhi menilai kenaikan harga BBG sesuai kebijakan pemerintah akan berdampak positif pada kinerja perusahaan. Kenaikan harga BBG juga akan berdampak baik pada iklim bisnis BBG dan pemanfaatan diversifikasi energi bagi sektor transportasi.
"Pelanggan BBG PGN di sektor transportasi sekitar 2.000 pelanggan per hari yang didominasi oleh taksi, angkot, bus, dan bajaj," kata Dodo kepada Katadata.co.id, Kamis (12/5).
Ia mengatakan, distribusi gas untuk sarana transportasi oleh PGN hanya menyumbang 0,14% atau sekitar 36 ribu MMBTU/bulan dari keseluruhan distribusi gas PGN secara nasional.
Adapun hingga Maret 2022, total pelanggan PGN telah mencapai 750.660 pelanggan, dengan rincian 746.307 rumah tangga, 2.446 industri dan komesial, serta 1.907 pelanggan kecil.