Rusia mulai mencari pasar baru seiring dengan rencana Uni Eropa (UE) melarang impor minyak mentah dan produk olahan minyak dari negara tersebut sebagai sanksi atas invasi ke Ukraina. Deputi Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan pasar Asia menjadi salah satu targetnya.
“Rusia akan mengirim minyak yang ditolak negara Eropa ke Asia dan wilayah lainnya. Eropa harus mencari pengganti pasokan yang akan lebih mahal,” ujarnya seperti dikutip Reuters, Kamis (19/5).
Komisi Eropa pada Rabu (18/5) mengumumkan rencana untuk menghentikan impor bahan bakar fosil dari Rusia pada 2027. Untuk memuluskan rencana ini, blok tersebut membutuhkan tambahan investasi sebesar € 210 miliar atau sekitar Rp 3.245 triliun.
Rencana tersebut termasuk mencari pasokan baru untuk menggantikan pasokan dari Rusia, mempercepat pengembangan energi terbarukan, serta konservasi atau penghematan energi.
Eropa menerima sekitar 4 juta barel per hari minyak mentah dari Rusia. Novak mengatakan bahwa Rusia siap mengalihkan pasokan tersebut ke wilayah lain dan membiarkan Eropa mencari pasokan baru yang lebih mahal dari tempat lain.
Sanksi negara barat kepada Rusia atas invasinya ke Ukraina pada Februari yang masih berlangsung hingga hari ini membuat sejumlah pembeli menunda atau bahkan membatalkan pembelian. Ini membuat produksi minyak Rusia menyusut.
Novak mengatakan bahwa produksi minyak Rusia turun sekitar 1 juta bph pada April. Namun pada Mei tingkat produksi pulih sekitar 200-300 ribu bph dengan pemulihan lebih lanjut ditargetkan pada bulan depan.
Novak juga mengklaim bahwa ekspor minyak negaranya secara bertahap mulai pulih setelah beberapa negara setop melakukan pembelian sebagai sanksi atas invasi ke Ukraina. “Rusia akan mencari pasar ekspor baru karena harga energi kami yang kompetitif,” ujarnya.
Sejauh ini rencana Eropa untuk mengembargo minyak Rusia masih terhalang restu dari tiga negara di antaranya Hongaria, Slovakia, dan Republik Ceko. Hongaria menjadi yang paling vokal dalam menentang rencana ini.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Komisi Eropa, Josep Borrell, mengatakan para menteri gagal mencapai kesepakatan di pertemuan antar negara anggota UE yang dilangsungkan pada Senin (16/5). Kesepakatan embargo tersebut tidak bisa dilaksanakan apabila masih ada satu dari 27 negara Eropa yang tak mau menyetujui aturan tersebut.
"Sayangnya, tidak mungkin mencapai kesepakatan (embargo minyak Rusia) hari ini," kata Borrell sebagaimana dikutip dari Reuters pada Selasa (17/5).
Komisi Eropa merasa larangan impor minyak mentah Rusia akan menjadi sanksi paling keras dalam menanggapi konflik antara Moskow dengan Kyiv. Embargo minyak Rusia diharapkan bisa memangkas aliran dana perang Moskow yang diperoleh dari hasil penjualan minyak.
Menteri Luar Negeri Hongaria, Peter Szijjarto mengatakan Budapest membutuhkan ratusan juta euro untuk mengurangi ketergantungan minyak mentah dari Rusia, terutama untuk memodernisasi total struktur energi, membiayai investasi, hingga kompensasi untuk ekonominya.
Szijjarto menilai pengesahan sanksi ini akan merusak ketahanan energi Hongaria. Menurutnya, Komisi Eropa tidak menawarkan solusi untuk masalah ini, Hongaria, jelas tidak dapat mendukung paket sanksi ini karena ini seperti bom atom yang dijatuhkan pada ekonomi Hongaria.
"Komisi Eropa harus menawarkan solusi untuk membiayai investasi dan mengkompensasi kenaikan harga yang memerlukan modernisasi total struktur energi Hongaria sebesar 15-18 miliar euro," kata Szijjarto melalui akun Facebooknya.
Selain Hongaria, penolakan rencana embargo minyak Rusia juga datang dari Slovakia dan Republik Ceko. Mereka menolak sanksi tersebut karena khawatir akan berdampak terhadap perekonomian mereka.
Uni Eropa akan kembali mengadakan pertemuan pada tanggal 30 hingga 31 Mei mendatang untuk mencari kesepakatan rencana larangan impor minyak Rusia yang akan dilakukan secara bertahap selama enam bulan.