Rusia Setop Pasokan Gas ke Belanda yang Menolak Membayar dengan Rubel

Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi pipa gas.
Penulis: Happy Fajrian
31/5/2022, 14.02 WIB

Perusahaan gas milik negara Rusia, Gazprom menghentikan pasokan gas ke Belanda melalui GasTerra mulai hari ini, Selasa (31/5). GasTerra menolak mengikuti permintaan Presiden Rusia Vladimir Putin yang menuntut negara oposisi untuk membayar gas dengan rubel.

GasTerra, yang membeli dan mendistribusikan gas atas nama pemerintah Belanda, menjelaskan bahwa mereka telah menjalin kontrak di tempat lain untuk menggantikan pasokan yang hilang dari Gazprom hingga Oktober mendatang.

Pemerintah Belanda menguasai 50% saham GasTerra, dan sisanya dikuasai Shell dan Exxon masing-masing 25%. Dengan penghentian ini pasokan yang hilang mencapai 2 miliar meter kubik (bcm).

“Kami memahami keputusan GasTerra yang tidak menyetujui syarat pembayaran gas yang diajukan Gazprom. Keputusan ini tidak berdampak pada penyaluran gas ke rumah-rumah penduduk Belanda,” kata Menteri Energi Belanda Rob Jetten seperti dikutip Reuters, Selasa (31/5).

Dalam pernyataannya, GasTerra mengatakan bahwa mereka menolak sistem pembayaran yang diminta oleh Rusia, yakni membuka rekening pada Gazprombank untuk melakukan pembayaran menggunakan euro atau dolar yang kemudian ditukar dengan rubel.

GasTerra beralasan sistem pembayaran seperti itu dapat melanggar sanksi yang diterapkan Uni Eropa terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina. Mereka juga menilai sistem pembayaran seperti itu memiliki risiko keuangan dan operasional yang besar.

Sementara itu Gazprom dalam pernyatannya mengatakan bahwa penghentian pasokan gas kepada GasTerra akan berlanjut hingga pembayaran dilakukan seperti yang disyaratkan Rusia.

GasTerra juga mengatakan bahwa mereka telah berulang kali meminta kepada Gazprom agar mematuhi kontrak yang telah disepakati bersama terkait metode pembayaran dan kewajiban pengiriman gas.

“Kami tidak dapat memprediksi dampak dari hilangnya pasokan sebesar 2 bcm gas Rusia terhadap supply dan demand di pasar Eropa,” kata GasTerra dalam pernyataannya.

Sementara itu juru bicara kementerian ekonomi Belanda, Pieter ten Bruggencate mengatakan bahwa Belanda tidak akan menjalankan rencana darurat gas yang telah disiapkan sebelumnya dengan meminta konsumen industri untuk mengurangi konsumsi gasnya. “Kami tak menganggap ini sebagai ancaman terhadap pasokan,” ujarnya.

Sebelumnya Rusia telah menghentikan aliran gas ke tiga negara UE lainnya yang juga menolak pembayaran yang mereka usulkan, yakni Bulgaria, Polandia, dan Finlandia. Namun Jerman dan Italia membolehkan perusahaan membuka rekening di Gazprombank setelah mendapat restu dari Komisi Eropa.

Negara-negara Uni Eropa (UE) diperkirakan akan kehabisan gas pada musim gugur tahun ini jika Rusia memperluas penghentian aliran gasnya ke negara lain di kawasan tersebut yang menolak untuk membayar dalam rubel.

Menurut Komisi Eropa, 45% dari total impor gas alam blok tersebut berasal dari Rusia. Menurut data Gas Infrastructure Europe, saat ini fasilitas penyimpanan gas di Uni Eropa hanya sekitar 32% penuh, jauh di bawah target 80% yang ingin dicapai pada November.

“(Persediaan gas) Eropa bisa bertahan hingga akhir musim gugur sebelum mulai kehabisan gas jika Rusia tiba-tiba memotong pasokannya,” kata analis di bank investasi Jerman, Berenberg, seperti dikutip dari CNN.com pada Jumat (29/4).

Namun blok ini bergerak cepat untuk menemukan pasokan alternatif dan memangkas permintaan. Pada Maret 2022, para pemimpin UE berjanji untuk mengurangi konsumsi gas Rusia sebesar 66% sebelum akhir tahun ini, dan memutus ketergantungan pada minyak dan gas Rusia pada 2027.