Sejumlah negara menyatakan akan menyetop pembelian minyak dari Rusia sejak perang di Ukraina pada Februari (24/2). Namun, masih ada beberapa negara yang membeli minyak dari Moscow.
Australia, Inggris, Kanada, dan Amerika Serikat (AS) telah memberlakukan larangan langsung atas pembelian minyak Rusia. Sedangkan negara-negara Kelompok Tujuh (G7), termasuk Jepang, berkomitmen melarang atau menghapus impor minyak Rusia per 8 Mei.
Uni Eropa sepakat pada 30 Mei untuk melarang impor minyak dari Rusia melalui laut. “Namun ini berlaku selama enam bulan untuk minyak mentah dan delapan bulan untuk produk olahan,” demikian dikutip dari Rusia, Rabu (1/6).
Larangan tersebut tidak termasuk minyak yang dipasok melalui pipa Druzhba, sehingga memungkinkan kilang di Eropa Timur dan Jerman melanjutkan impor. Sedangkan Polandia dan Jerman mengatakan akan menghapus semua pembelian melalui pipa pada akhir tahun ini.
Sebelum penerapan larangan tersebut, setidaknya 26 perusahaan penyulingan dan perdagangan besar di Eropa menangguhkan pembelian spot atau mengumumkan rencana untuk menghapus secara bertahap 2,1 juta barel per hari (bph) impor Rusia, menurut laporan JP Morgan.
Sedangkan Cina dan India tetap mengimpor minyak dari Rusia.
India telah menerima 34 juta barel minyak Rusia dengan harga diskon sejak Moskow menginvasi Ukraina, menurut data Refinitiv Eikon. Negara ini akan menerima sekitar 28 juta barel pada Juni.
Berikut daftar perusahaan yang masih membeli minyak mentah dari Rusia:
- Bharat Petroleum (BPCL.NS) asal India telah membeli 2 juta barel dari dari pedagang Trafigura
- Petroleum Hindustan (HPCL.NS) asal India membeli 2 juta barel
- Indian Oil Corp (IOC.NS) asal India membeli lebih dari 6 juta barel sejak 24 Februari dan memiliki kontrak pasokan dengan Rosneft hingga 15 juta barel minyak mentah Rusia tahun ini
- ISAB, kilang terbesar Italia milik Litasco SA, yang dikendalikan Lukoil (LKOH.MM) yang berbasis di Swiss
- Leuna, kilang di Jerman timur, yang mayoritas dimiliki oleh TotalEnergies Prancis (TTEF.PA)
- Kilang Mangalore dan Petrochemicls (MRPL.NS) yang dikelola pemerintah India, telah membeli 1 juta barel minyak mentah Rusia
- Miro, kilang terbesar Jerman dengan 24% saham dimiliki oleh Rosneft Rusia (ROSN.MM)
- MOL (MOLB.BU) asal Hungaria
- Nayara Energy asal India membeli sekitar 1,8 juta barel
- Neftochim Burgas asal Bulgaria, yang dimiliki oleh Lukoil Rusia
- PCK SCHWEDT asal Jerman dengan 54% saham dimiliki oleh Rosneft
- Pertamina asal Indonesia mempertimbangkan untuk membeli minyak mentah dari Rusia
- Sinopec yang dikelola oleh pemerintah Cina
Sedangkan perusahaan yang tidak lagi membeli minyak dari Rusia yakni:
- BP (BP.L) asal Inggris
- Eneo asal Jepang, yang berencana mendapatkan pasokan alternatif dari Timur Tengah
- ENI (ENI.MI) yang 30,3% sahamnya dimiliki oleh pemerintah Italia
- Equinor (EQNR.OL) yang dimiliki oleh pemerintah Norwegia
- Galp (GALP.LS) asal Portugis
- Glencore (GLEN.L)
- Hellenic Petroleum, penyulingan minyak terbesar di Yunani mencari pengganti pasokan Rusia dengan Arab Saudi dan negara-negara lain.
- Neste (NESTE.HE) asal Finlandia yang telah mengganti sekitar 85% minyak mentah Rusia dengan negara lain
- OMV Petrom (ROSNP.BX) asal Rumania, yang dikendalikan oleh OMV Austria (OMVV.VI)
- PKN Orlen (PKN.WA) asal Polandia
- PREEM asal Swedia, yang dimiliki oleh miliarder Saudi Mohammed Hussein al-Amoudi
- REPSOL (REP.MC) asal Spanyol
- SHELL (SHEL.L)
- TRAFIGURA yang berbasis di Jenewa berencana menghentikan semua pembelian minyak mentah dari Rosneft pada 15 Mei
- Total asal Prancis
- Varo Energy asal Swiss