Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) berencana menaikkan harga jual eceran (HJE) elpiji 3 kilogram (kg). Hal ini karena melebarnya selisih dengan harga keekonomian, yakni terpaut Rp 15.359 per kg.
Menurut perhitungan Kemenkeu, harga elpiji 3 kg Rp19.609 per kg. Sedangkan harga jual eceran saat ini Rp 4.250 per kg.
“Betapa besarnya beban subsidi terhadap elpiji yang kami lakukan,” kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Nathan Kacaribu dalam saat Rapat Panja Banggar DPR RI, Selasa (14/6).
Kemenkeu dalam waktu dekat akan menyesuaikan harga jual eceran elpiji 3 kg dengan harga keekonomian. Selain itu, mendorong subsidi tertutup untuk elpiji 3 kg tahun depan.
Langkah itu diharapkan dapat berdampak positif bagi 40% keluarga penerima manfaat berpendapatan rendah, yang mencakup pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), nelayan, serta petani.
“Transformasi subsidi elpiji 3 kg tepat sasaran dengan mendorong integrasi dengan kartu sembako disertai penyesuaian harga jual eceran elpiji 3 kg secara bertahap,” kata Fabrio.
Kemenkeu mencatat realisasi subsidi BBM dan elpiji 3 kg naik rata-rata 26,58% tiap tahun selama 2017 - 2021. Kenaikkan ini disebabkan oleh fluktuasi harga harga patokan minyak mentah Indonesia atau ICP dengan nilai tukar rupiah.
Realisasi subsidi elpiji 3 kg tahun lalu Rp 67,62 triliun. Ini termasuk kewajiban kurang bayar Rp 3,72 triliun.
Besaran subsidi BBM dan elpiji 3 kg diperkirakan Rp 149,37 triliun tahun ini. Ini artinya, 192,61% dari postur anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2022.
Lebih dari 90% kenaikan nilai subsidi berasal dari alokasi elpiji 3 kg. Utamanya, karena selisih harga jual eceran dengan harga keekonomian tinggi.
Selisih harga itu melebar karena harga minyak mentah dunia melonjak.
Di satu sisi, harga elpiji 3 kg dengan yang non-subsidi, berbeda jauh. Hal ini menyebabkan banyak orang, termasuk masyarakat mampu, beralih ke elpiji 3 kg.
Kemenkeu memproyeksikan konsumsi masyarakat untuk elpiji 3 kg mencapai 7,82 juta ton. Sedangkan konsumsi elpiji non-subsidi hanya 0,58 juta ton.
Hasil evaluasi Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) menunjukkan, 4 desil masyarakat miskin menikmati 23,3% dari total subsidi. Sedangkan 4 desil masyarakat kaya menikmati 57,9% dari keseluruhan bantuan elpiji 3 kg.
“Ini yang terus kami evaluasi, untuk mempertajam subsidi ke depan. Belum lagi penyediaan elpiji di Indonesia hampir 80% itu impor,” tukas Fabrio.
Kemenkeu pun mengkaji pemberian subsidi secara tertutup.