PLTU Tanjung Jati Olah Limbah Batu Bara Jadi Campuran Bahan Bangunan

Katadata/Muhammad Fajar Riyandanu
Pengolahan limbah Fly Ash and Bottom Ash (FABA) hasil pembakaran batu bara pada PLTU Tanjung Jati menjadi campuran pada industri semen, campuran paving block dan batako.
4/7/2022, 23.01 WIB

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Jati B berupaya melakukan efisiensi sambil mengimplementasikan penggunaan energi terbarukan di wilayah kerjanya. Pembangkit listrik tenaga batu bara yang terletak di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, ini mulai mengolah limbah Fly Ash and Bottom Ash (FABA) hasil pembakaran batu bara menjadi campuran pada industri semen, campuran paving block dan batako.

Person in Charge (PIC) Pemanfaatan FABA, Istajib, mengatakan bahwa prosedur pengolahan FABA harus sesuai dengan Surat Perintah Produksi (SPP) dari PLN Unit Induk Tanjung Jati B. Surat Perintah Produksi itu melampirkan target produksi bulanan dari dua produk utama berupa Batako dan Paving Block.

Ajib mengatakan, PLTU Tanjung Jati B, menerima SPP dari PLN untuk memperoduksi 28 ribu keping paving block dan 9.600 keping batako pada Juni 2022.

"Jadi setiap awal bulan, PLN memberi SPP. Untuk bulan Juli SPP sudah turun,  hanya produksi paving block 57.600 keping," kata Ajib saat ditemui di lokasi pengolahan FABA pada Jumat (1/7).

 Pengolahan FABA menjadi dua komoditas bangunan itu terbilang cukup cepat dan modern. Pasalnya, hampir semua pengerjaan dikerjakan oleh mesin. Adapun para pekerja bertugas sebagai operator mesin.

Limbah FABA yang berwarna hitam dimasukkan ke sejumlah mesin pengaduk. Ajib menjelaskan, pembuatan paving block dan batako memiliki rumusan bahan yang berbeda. Komposisi paving block terdiri dari campuran 30% Fly Ash (FA), 40% Bottom Ash (BA) dan 30% semen.

Sementara rumusan untuk membuat batako terdiri dari 40% FA, 30% BA dan 30% semen. Masing-masing dari produk tersebur dicampur ke dalam dua mesin pengaduk yang berbeda sembari ditambah dengan air sebagai perekat. 

Lebih lanjut, masing-masing adonan diarahkan ke dalam mesin pencetak. Secara otomatis, adonan lembek itu berubah menjadi kepingan balok. Para pekerja yang sejak tadi menunggu proses pencetakan segera membawa paving dan batako basah untuk segera dijemur di ruangan terbuka.

"Dalam sehari, kami mampu membuat 2.400 sampai 2.800 paving dan 750 sampai 800 keping batako," ujar Ajib, 

Selain mengolah FABA menjadi bahan bangunan,  PLTU  berkekuatan s 4 x 710 megawatt (MW) itu juga memasang panel surya dengan kapasitas 46 kilowatt peak (Kwp) di atap Gedung Energo. 

  General Manager PT PLN Unit Induk Tanjung Jati B, Hari Cahyono, mengatakan bahwa hasil listrik yang diperoleh dari panel surya tersebut digunakan untuk konsumsi listrik mandiri. "Untuk gedung administrasi menggunakan listrik dari panel surya. Terutama pemakaian di siang hari," kata Hari.

Adapun sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) tersebut terhubung secara on grid atau langsung terhubung ke sistem PLN. "Ini sesuai dengan lahan yang ada. Kami manfaatkan untuk mengurangi pemakaian listrik di gedung ini (energo)," tukas Hari.

Pembangkit listrik Indonesia mencapai 73.736 megawatt (MW) atau 73,74 gigawatt (GW) hingga November 2021. Pembangkit Listrik Tenaga Uap masih menjadi kontributor pembangkitan terbesar dengan 36,98 GW atau 50% dari total pembangkitan listrik.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu