SKK Migas mengungkapkan bahwa Pertamina telah menemukan empat sumur pengembangan baru di Blok Rokan yang mulai dibor sejak April 2022. Secara keseluruhan, keempat sumur tersebut mampu memproduksi lebih dari 4.000 barel minyak per hari (BOPD).

Deputi Perencanaan SKK Migas, Benny Lubiantara, mengatakan sumur-sumur tersebut memberikan laju alir awal produksi untuk masing-masing sumur melebihi 1.000 BOPD. “Keempat sumur tersebut berasal dari Lapangan Petani di WK Rokan,” kata Benny dalam siaran pers pada Kamis (14/7).

Hingga Juni 2022, realisasi jumlah sumur pengembangan yang telah dibor di Blok Rokan mencapai 348 sumur atau 44% dari target 790 sumur. Capaian tersebut melampaui jumlah sumur pengembangan yang dibor pada periode yang sama tahun lalu sebanyak 186 sumur.

Sementara itu masih ada 22 sumur pengembangan yang akan dibor sepanjang tahun 2022. Benny menjelaskan status saat ini sudah ada 11 sumur yang onstream dengan total laju alir awal produksi sebesar 6.760 BOPD. “Hasil ini jauh melampaui target perkiraan produksi yakni 2.192 BOPD,” sambungnya.

Mengacu pada hasil tersebut, Benny berharap dapat memperoleh tambahan produksi minyak yang signifikan melalui masifnya pengeboran sumur pengembangan yang dilakukan di WK Rokan. Ia menilai potensi di WK Rokan masih cukup besar untuk mendukung capaian produksi nasional tahun ini.

“SKK Migas bersama Pertamina Hulu Rokan (PHR) berupaya agar realisasi pengeboran sumur pengembangan di WK Rokan dapat mencapai target tahun 2022,” jelasnya.

Benny melanjutkan, upaya meningkatkan produksi migas nasional terus dilakukan oleh SKK Migas dan KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama). Ia menambahkan bahwa jumlah sumur pengembangan yang dibor pada tahun ini jumlahnya hampir dua kali lipat dari jumlah pengeboran sumur di tahun lalu.

“Masifnya kegiatan pengeboran sumur pengembangan menjadi fokus utama SKK Migas karena akan berkontribusi langsung terhadap peningkatan produksi migas nasional,” tuturnya.

Adapun sejumlah realisasi pengeboran sumur pengembangan masih menemui kendala dalam perizinan dan ketersediaan rig yang menyebabkan keterlambatan kegiatan pengeboran.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu