Cina menolak ajakan negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat (AS), untuk menerapkan pembatasan harga minyak Rusia. Kementerian Perdagangan Cina menyatakan bahwa pembatasan harga minyak ini adalah isu yang sangat rumit untuk menyelesaikan konflik Rusia-Ukraina.
Cina lebih memilih untuk mengedepankan pembicaraan damai antara pihak-pihak yang bertikai. Pembatasan harga minyak dinilai hanya akan membuat konflik kedua negara tersebut semakin meruncing.
“Adalah kepentingan semua pihak untuk mendorong situasi krisis Ukraina menjadi dingin, bukan untuk memanaskannya,” kata juru bicara kementerian Shu Jueting seperti dikutip dari Reuters pada Jumat (15/7).
Shu mengatakan bahwa pihak AS telah memperkenalkan pemikirannya untuk menetapkan batas harga minyak dari negara tertentu, tanpa menyebut nama Rusia. Pemikiran itu disampaikan oleh Menteri Keuangan Amerika, Janet Yellen, kepada wakil perdana menteri Cina Liu He saat mengadakan pertemuan virtual pekan lalu.
Kepada Wall Street Journal Yellen mengatakan bahwa Cina telah mendengarkan ajakan Amerika dan siap untuk berdiskusi lebih lanjut.
“Di pihak Cina, kami pikir masalah ini sangat rumit. Prasyarat untuk mengatasi masalah ini adalah bahwa semua pihak terkait harus berusaha memfasilitasi dialog damai untuk mendinginkan bukannya memanaskan krisis Ukraina. Ini sejalan dengan kepentingan semua pihak,” kata Shu.
Dia menambahkan bahwa saat ini harga minyak dunia tetap tinggi yang menjadi salah satu pendorong tingginya inflasi global dan menimbulkan kekhawatiran besar di dunia.
AS telah berusaha untuk menggalang dukungan dari sejumlah negara untuk lebih membatasi pendapatan Rusia dari penjualan komoditas energi dengan menetapkan batas harga minyak. Yellen menilai kebijakan ini akan memungkinkan untuk mendongkrak pasokan minyak secara global.
Cina dan India merupakan dua negara pembeli utama minyak Rusia dan telah menahan diri untuk tidak bergabung dengan negara Barat menjatuhkan sanksi terhadap Moskow. Sebelumnya negara-negara G7 juga telah berupaya melobi dua negara pembeli terbesar minyak Rusia untuk turut menerapkan pembatasan harga.
Seorang sumber mengatakan bahwa jika rencana pembatasan harga minyak ini terwujud, maka Cina dan India dapat membeli minyak Rusia dengan harga yang lebih murah lagi. “Ini penawaran yang menarik bagi Beijing dan New Delhi,” ujarnya.
Impor minyak mentah Cina dari Rusia melonjak ke rekor 8,42 juta ton pada Mei, meningkat 29% dari April dan 55% lebih besar dari tahun sebelumnya.
Cina juga telah menahan diri untuk tidak secara terbuka mengutuk Rusia, meskipun ada tekanan dari AS dan Uni Eropa, sementara juga menyalahkan sanksi Barat dan perluasan aliansi keamanan NATO ke timur karena telah memprovokasi Moskow.
Beijing mengatakan telah mempertahankan perdagangan normal dengan Rusia dan Ukraina, sementara analis mengatakan Beijing juga berhati-hati dalam menghadapi potensi konsekuensi sanksi.
Impor Cina dari Rusia melonjak 56,3% menjadi US$ 9,7 miliar pada Juni, meningkat selama lima bulan berturut-turut sejak invasi ke Ukraina.
Sementara ekspor Cina ke Rusia turun selama empat bulan berturut-turut setelah sebelumnya juga turun sebesar 17% menjadi US$ 5 miliar. Hal ini menyebabkan defisit perdagangan Cina dengan Rusia meningkat hampir 22 kali lipat dari tahun sebelumnya, menjadi US$ 4,7 miliar.