Progres Smelter Tembaga Freeport di Gresik per Juni Sudah Capai 34,9%

Kementerian ESDM
Menteri ESDM Arifin Tasrif didampingi Direktur Utama PT Freeport Indonesia Tony Wenas, meninjau proyek smeter tembaga milik Freeport di Gresik, Jumat (29/7).
Penulis: Happy Fajrian
1/8/2022, 06.59 WIB

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyampaikan bahwa progres pembangunan proyek fasilitas pemurnian alias smelter tembaga berkapasitas 1,7 juta dry metric ton (dmt) per tahun milik PT Freeport Indonesia sudah mencapai 34,9% per akhir Juni 2022.

Hal ini ia sampaikan setelah melakukan kunjungan kerja ke kawasan Java Integrated and Industrial Port Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur, pada Jumat (29/7) lalu. Lawatan ini untuk memastikan keberlangsungan pembangunan proyek smelter tersebut.

“Dari yang terukur, progres (pembangunan) lebih cepat dari yang ditargetkan. Sudah mencapai 34,9% di akhir bulan Juni 2022, dengan biaya yang dikeluarkan lebih dari US$ 1,15 miliar,” kata Arifin dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (1/8).

Arifin menambahkan bahwa saat ini, sudah terdapat 10.500 titik tiang pancang serta berlangsung pula pengecoran (concrete pouring) untuk fondasi struktur. “Ditargetkan akhir 2022 mencapai 50%. Kita harapkan di kuartal II 2023 konstruksi udah selesai, terutama proyek smelting eksisting yang ekspansi,” ujarnya.

Guna mendukung pembangunan smelter tersebut dilakukan rekrutmen pekerja konstruksi sebanyak 3.500 orang, yang terdiri dari 98% tenaga kerja Indonesia, 50% diantaranya tenaga kerja lokal Jawa Timur. Hal ini diharapkan untuk menjaga akselerasi progres tersebut sedini mungkin.

“Proyek pembangunan harus tetap on progress. Untuk itu, kebutuhan tenaga kerja lokal akan dioptimalkan," ungkap Arifin. Simak databoks berikut:

Kementerian ESDM mengapresiasi upaya PT Freeport Indonesia serius menggarap proyek smelter tersebut. “Secara keseluruhan saya puas. Progresnya cukup bagus, sangat berbeda dengan kunjungan pertama kali lalu,” kata dia.

Dalam pembangunan smelter terdapat ekspansi kapasitas pada smelter eksisting sebesar 0,3 juta dmt/tahun oleh PT Smelting, serta pengolahan logam berharga (precious metal refinery) yang mencapai 6.000 ton/tahun. PTFI sendiri menyiapkan investasi pada belanja modal (capital expenditure) US$ 3 miliar untuk proyek tersebut.

Arifin menekankan, pemerintah akan terus mendorong percepatan pembangunan, salah satu upayanya adalah dengan adanya pengaturan mengenai pertambangan, serta regulasi mengenai keharusan hilirisasi. “Kami ada pengaturan pertambangan dan regulasi hilirisasi, kami jaga proses itu,” ujarnya.

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan bahwa progres pembangunan saat ini sudah cukup bagus, dan melebihi dari yang telah ditargetkan awal, yaitu 34,3%.

“Untuk sekarang yang sudah kami kerjakan adalah beberapa pailing (pondasi tiang pancang) telah terpasang, yakni mencapai 11 ribu dari total 16 ribu pailing atau 65%, dengan concrete pouring mencapai 20 ribu meter kubik, dari rencana total sekitar 220 ribu meter kubik,” katanya.

Tony mengatakan, aktivitas pembangunan hingga kini terus dilakukan secara intensif, dengan perusahaan kontraktor PT Ciyoda International Indonesia (CII) yang fokus pemadatan lahan, serta dibantu Adhi Karya, serta beberapa kontraktor lokal lainnya.

Sebagai informasi, persetujuan masterlist pembangunan smelter telah didapatkan oleh PT Freeport Indonesia dari pemerintah. Untuk teknologi yang diterapkan dan dikembangkan pada pembangunan Smelter tersebut berupa Double Flash Smelting & Converting yang telah diadopsi oleh beberapa negara di dunia, seperti Cina, India, negara-negara Eropa, dan Amerika Serikat.

Sementara itu, produk utama yang dihasilkan pada Smelter tersebut berupa katoda tembaga, emas dan perak murni batangan, PGM (Platinum Group Metals), serta asam sulfat, terak, gipsum, timbal sebagai produk sampingan.