Menko: Harga Keekonomian Pertamax Rp 15.150 dan Pertalite Rp 13.150

ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/foc.
Sejumlah kendaraan antre mengisi BBM jenis Pertalite dan Pertamax di salah satu SPBU, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (9/8/2022).
18/8/2022, 20.57 WIB

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Pertamax dan Pertalite di Indonesia di bawah harga keekonomian. Menurutnya harga BBM atau bahan bakar minyak kedua jenis ini sebenarnya Rp 15.150 dan Rp 13.150.

Itu artinya, ada selisih harga Pertamax Rp 2.650 dari harga jual eceran Rp 12.500 per liter. Selain itu, ada selisih harga Pertalite Rp 5.500 dari harga jual eceran Rp 7.650 per liter.

Ketua Umum Partai Golkar itu mengatakan, pemerintah masih memberikan subsidi untuk menekan harga jual eceran BBM Pertalite dan Pertamax. Oleh karena itu, harganya di bawah harga keekonomian.

“Tahun ini, pemerintah menyiapkan 502,4 triliun untuk energi," kata Airlangga dalam Konferensi Pers Nota Keuangan dan RUU APBN 2023, Selasa (16/8).

Dengan adanya subsidi tersebut, harga BBM Pertalite di Indonesia pun lebih murah dibandingkan sejumlah negara tetangga seperti Thailand Rp 19.500, Vietnam Rp 16.645, dan Filipina Rp 21.352 per liter.

"Harga BBM Indonesia masih relatif di bawah negara ASEAN lain," ujar Airlangga.

Pemerintah pun mengkaji opsi kenaikan harga BBM bersubsidi Pertalite dan Solar. Namun, dengan mempertimbangkan potensi lonjakan inflasi dan imbasnya terhadap pertumbuhan ekonomi.

“Kenaikan harga Pertalite dan Solar sedang dikaji. Ini dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan kompensasi,” ujar Airlangga Hartarto saat ditemui wartawan di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, Selasa (16/8).

Ia menyampaikan, pemerintah sudah membahas persoalan-persoalan tersebut. Namun belum menemukan keputusan final soal kenaikan harga BBM subsidi.

Airlangga mengatakan, kenaikan harga BBM subsidi bakal dilakukan sekali tanpa skema bertahap.

"Kami sedang mengalkulasikan kebutuhan terkait dengan kompensasi," kata dia. “Kami menyiapkan Rp 336 triliun untuk subsidi dan kompensasi energi pada 2023.”

Di satu sisi, Pertamina telah menyalurkan 16,8 juta kilo liter (kl) pertalite per Juli. Porsinya sekitar 73% dari total kuota 23 juta kl sepanjang tahun ini.

Itu artinya tersisa 27% atau 6,2 juta kl untuk disalurkan hingga akhir tahun.

Selain itu, Pertamina sudah menyalurkan solar 9,9 juta kl. Jumlahnya 66,4% dari total kuota 14,9 juta kl tahun ini.

Itu artinya, tersisa 33,6% tau a5 juta kl sampai akhir tahun.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu