Presiden Joko Widodo meminta sovereign wealth fund Indonesia Investment Authority (INA) untuk berinvestasi di Blok Masela dan mengantikan posisi Shell Upstream Overseas Ltd yang akan hengkang dari proyek tersebut. Selain Shell, porsi saham partisipasi dalam Blok Masela dikuasai Inpex asal Jepang sebesar 65%.
"Arahan Bapak Presiden segera dinegosiasikan dan carikan investor baru, termasuk pertimbangkan INA untuk masuk," kata Airlangga dalam konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (24/8).
Sejak dua tahun lalu, Shell berencana melepas proyek Blok Masela. Keputusan tersebut didorong arus kas perusahaan yang tertekan karena proyek di negara lain.
Saat ini, Shell memiliki hak pengelolaan proyek Blok Masela sebesar 35%. Perusahaan berharap akan memperoleh dana hingga US$ 1 miliar dari penjualan saham tersebut.
Adapun, ladang gas di Maluku itu tengah mangkrak setelah Shell ingin melepas sahamnya. Untuk itu, Inpex Corporation selaku operator Blok Masela tengah mencari mitra baru.
SKK Migas pun menargetkan Inpex harus mendapatkan mitra pada akhir tahun ini. Apalagi, proyek ini ditargetkan onstream atau mulai berproduksi pada 2027.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas), Moshe Rizal, mengatakan bahwa arahan Jokowi untuk mengambil 35% hak partisipasi yang ingin dilepas Shell sejak dua tahun lalu merupakan keputusan gegabah. Menurutnya, biaya untuk Blok Masela jauh lebih besar daripada blok migas lainnya seperti Blok Rokan dan Mahakam yang merupakan sumur produksi. Sebab, Blok Masela masih dalam tahap pengembangan.
"Kalau Masela dalam lima tahun ke depan setelah produksi belum tentu ada pemasukan, hanya pengeluaran," ujarnya.
Untuk itu, Moshe menyarankan agar pemerintah berunding dengan Shell agar tidak jadi hengkang dari Masela. Pemerintah dirasa harus mengakomodir keinginan perusahaan migas asal Belanda itu untuk melakukan pengeboran di wilayah lepas pantai (offshore).
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, realisasi investasi minyak dan gas mencapai US$ 9,07 miliar pada kuartal III-2021. Nilai itu baru mencapai 54% dari target investasi migas pada tahun ini yang sebesar US$ 16,81 miliar.