Menteri ESDM Taksir Windfall Komoditas Tak Bisa Tutup Subsidi BBM

Muhammad Zaenuddin|Katadata
Sejumlah kendaraan antre mengisi BBM jenis Pertalite dan Pertamax di salah satu SPBU Pejompongan, Jakarta, Selasa (23/8). Meskipun terjadi antrean panjang kendaraan di sejumlah SPBU di beberapa daerah, PT Pertamina (Persero) memastikan stok BBM jenis Pertalite saat ini dalam kondisi aman.
24/8/2022, 19.17 WIB

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menilai adanya windfall profit dari kenaikan harga komoditas unggulan sudah tak sanggup untuk menutupi beban subsidi bahan bakar minyak atau BBM yang besar. Arifin mengatakan, harga minyak mentah dunia masih bertengger di posisi tinggi seiring belum meredanya konflik antara Rusia dan Ukraina.

Kondisi tersebut diperkuat oleh kekhawatiran menguatnya tensi geopolitik usai Ukraina merayakan hari kemerdekaan mereka pada hari ini, Rabu (24/8). "Kelihatannya (subsidi) juga akan terjadi pelebaran gap yang cukup besar karena tren dari (windfall) komoditas ini justru mengalami pelemahan,” kata Arifin dalam Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR pada Rabu (24/8).

Selain minyak mentah, Arifin memperkirakan harga sejumlah komoditas energi lainnya masih tetap bertengger tinggi untuk waktu yang lama. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya permintaan pasokan energi di sejumlah negara Eropa yang memasuki musim dingin. Mantan Direktur Utama PT Pupuk Indonesia ini menjelaskan, harga minyak mentah dunia kembali naik ke posisi US$ 96 per barel setelah sempat turun ke harga US$ 92 per barel.

“Permintaan energi pada akhir tahun ini diperkirakan meningkat karena musim dingin, bukan hanya BBM tetapi jenis energi lain. Sekarang juga dikhawatirkan konflik membesar karena ada pergerakan yang cukup besar terkait dengan hari ulang tahun kemerdekaan Ukraina,” ujar Arifin.

 Sebelumnya diberitakan, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut kemungkinan anggaran untuk subsidi dan kompensasi energi sebesar Rp 502,4 triliun tahun ini tidak akan cukup. Pasalnya, kuota volume Bahan Bakar Minyak (BBM) yang disubsidi menipis sehingga memerlukan adanya penambahan kuota.

Sri Mulyani menjelaskan hingga Juli konsumsi untuk BBM bersubsidi jenis Pertalite mencapai 16,8 juta kilo liter. Dengan demikian, kuota yang tersisa hanya 6,2 juta kilo liter dari alokasi awal.

Sementara Kementerian ESDM menyebut kemungkinan volume BBM bersubsidi akan mencapai 28 juta kilo liter tahun ini. Itu artinya perlu tambahan 5 juta kilo liter lagi untuk Pertalite.

"Ini berarti akan ada tambahan di atas Rp 502 triliun yang sudah kita sampaikan, belum lagi harga minyak yang dalam APBN kita asumsikan US$ 100 per barel, kemarin pernah mencapai US$ 120 per barel," kata Sri Mulyani dikutip dari Antara, Rabu (10/8).

 Menurut laporan Global Petrol Prices, negara yang tercatat memiliki harga BBM termurah di Asia Tenggara adalah Malaysia, yakni Rp6792,6 per liter (BBM setara RON 95). Di atasnya ada Vietnam dengan harga BBM Rp15.939,6 per liter.

Adapun Indonesia merupakan negara dengan harga BBM termurah ketiga di kawasan, yakni Rp17.320 per liter. Sedangkan, Singapura menjadi negara dengan harga BBM termahal di Asia Tenggara, yaitu Rp29.015 per liter.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu