PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mulai menggarap proyek Smelter Nikel di Blok Bahodopi yang memiliki nilai investasi mencapai US$ 2,1 miliar atau setara Rp 30,45 triliun.
Pembangunan Smelter yang berlokasi di Sulawesi Tengah ini merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang digarap oleh Vale Indonesia serta perusahan patungan TISCO dan Shandong Xinhai Technology. Smelter ini diharap bisa beroperasi pada 2025 mendatang.
Direktur Bagian Keuangan PT Vale Indonesia, Bernardus Irmanto, mengatakan, perseroan bakal memegang 49% saham dan 51% saham sisanya akan dipegang oleh perusahaan gabungan yang berbasis di Singapura bentukan TISCO dan Xinhai.
"Dari US$ 2,1 miliar, kurang lebih kami targetkan 70% dari perbankan dan 30% dari modal 3 perusahaan," kata Bernardus saat penandatanganan Perjanjian Investasi Blok Bahodopi antara PT Vale Indonesia, TISCO dan Shandong Xinhai Technology di Hotel Borobudur, Jakarta, pada Selasa (6/9).
Proyek smelter berkapasitas 80.000 metrik ton nikel per tahun ini diprediksi akan membutuhkan gas alam cair (LNG) mencapai 22 juta ton Million British Thermal Unit (MMBTU) per tahun.
"SKK Migas sedang menunjuk beberapa perusahaan untuk diskusi lebih lanjut apakah di akhir 2025 atau 2026 ada yang siap untuk suplai," sambung Irmanto.
Guna menyediakan fasilitas LNG di di Blok Bahadopi, PT Vale Indonesia dan perusahan patungan TISCO dan Shandong Xinhai Technology akan menyisihkan dana US$ 300 juta dari nilai investasi US$ 2,1 miliar.
Sementara itu, pada 2023, PT Vale Indonesia mengalokasikan dana senilai US$ 5 juta untuk keperluan riset dan pengembangan LNG.
"Estimasi biaya senilai US$ 2,1 miliar untuk pembangunan pabrik termasuk di dalamnya US$ 300 juta untuk fasilitas LNG," ujar Irmanto.