PT Freeport Indonesia sudah mengantongi daftar pembeli untuk produk yang dihasilkan pabrik pemurnian atau smelter Gersik. Kawasan smelter tersebut, antara lain akan memproduksi emas 35-5o ton per tahun.
"Offtaker kami untuk produk emas rencananya adalah Antam. Jadi Antam akan membeli 35-50 ton per tahun," ujar Direktur Utama PTFI, Tony Wenas, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR pada Senin (12/9).
Dia menjelaskan, smelter Gresik juga menghasilkan asam sulfat, katoda tembaga, dan slag tembaga. Ia menjelaskan, seluruh produksi asam sulfat nantinya akan dibeli oleh PT Pupuk Indonesia, sedangkan slag tembaga akan dibeli oleh PT Semen Indonesia.
Adapun produksi katoda tembaga yang mencapai 300 ribu per ton saat ini, menurut dia, belum seluruhnya diserap dan diolah di dalam negeri. Sebanyak 150 ribu ton atau 50% dari produksi saat ini masih diekspor.
"Jadi kalau kami memproduksi 500.000 sampai 600.000 ton tembaga pada 2024, tetapi industri hilirnya tidak tumbuh, maka akan lebih besar yang diekspor. Ini sayang sekali," katanya.
Tony berharap, investasi di industri hilir dapat lebih menjamur sebelum smelter yang dibangun Freeport di Gresik beroperasi secara penuh. Menurutnya, salah satu industri hilir yang relevan untuk tembaga adalah pabrik kabel mobil listrik dan pabrik komponen energi terbarukan.
"Mobil listrik itu membutuhkan tembaga empat kali lipat lebih banyak dari mobil biasa, panel surya membutuhkan tembaga empat ton untuk setiap mega watt, sedangkan tenaga bayu ini membutuhkan 1,5 ton tembaga untuk setiap mega watt," katanya.