Pertamina akan menimbang peluang untuk mengelola Blok Masela bersama Inpex Corporation. Berdasarkan hasil studi, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini akan menentukan besaran akuisisi participating interest (PI) Shell di proyek itu.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto menyampaikan, Pertamina perlu menyiapkan US$ 1,4 miliar atau setara Rp 21 triliun untuk memperoleh 35% PI Shell di Blok Abadi Masela.
Besaran itu menghitung pengeluaran Shell saat mengelola Blok Masela. Pengeluaran ini berupa US$ 875 juta untuk PI 35% di Blok Abadi Masela dan US$ 700 juta untuk investasi.
Setelah studi rampung, PT Pertamina akan bernegosiasi dengan Shell untuk menentukan besaran nilai akuisisi saham di Blok Masela. Shell yang akan menentukan harga penawarannya.
Meski begitu, SKK Migas akan berupaya agar harganya tidak berlebihan yang dapat menghambat proses pengembangan proyek.
"Apakah Shell akan melepas sesuai dengan 'sudahlah ganti saja yang saya keluarkan' atau tidak? Ini kan strategi Shell juga," kata Dwi kepada wartawan saat Media Gathering SKK Migas di Bandung, Selasa (4/10).
Pemerintah mengupayakan konsorsium pengelola Blok Masela rampung akhir tahun ini. Dwi menyampaikan, pengganti Shell di Blok Masela terdiri dari ada dua atau tiga perusahaan.
"Teknologi offshore saya kira bukan hanya Shell, banyak yang bisa. Kalau Pertamina memang punya kemampuan finansial. Masuk 35% ya tidak ada masalah. Secara teknologi juga bisa," ujar Dwi.
Sejalan dengan proses pelepasan saham Shell, Inpex menyelesaikan studi fasilitas penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon atau carbon capture, utilization, and storage (CCUS) ke rencana pengembangan (POD).
Dengan adanya CCUS, SKK Migas memperkirakan nilai proyek gas Abadi Blok Masela bengkak US$ 1,3 miliar atau Rp 19,3 trilun.