Ekonomi Pulih, Impor Pertamax Naik 51% pada 2021, Pertalite Turun 16%

ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/wsj.
Seorang petugas menunjukkan harga BBM jenis Pertalite yang sudah naik menjadi Rp10 ribu per liter di SPBU Maya jalur Pantura, Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (3/9/2022).
Penulis: Happy Fajrian
15/10/2022, 18.24 WIB

Pemulihan ekonomi dari dampak pandemi Covid-19 terus berjalan yang dibarengi dengan peningkatan konsumsi BBM Pertamax dan Pertalite. Tren tersebut mulai terlihat sejak tahun 2021 setelah sempat turun pada 2020 imbas pandemi.

Menurut data Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia 2021 yang dirilis Kementerian ESDM. Konsumsi Pertalite mencapai 19,41 juta kilo liter (KL) pada 2019, kemudian turun menjadi 18,14 juta KL pada 2020, dan melonjak menjadi 23,30 juta KL pada 2021.

Sementara konsumsi Pertamax mencapai puncaknya pada 2017 sebesar 6,19 juta KL, kemudian terus turun menjadi 5,64 juta KL pada 2018, 4,25 juta KL pada 2019, dan 4,06 juta KL pada 2020. Baru pada 2021 konsumsinya naik menjadi 5,71 juta KL.

Pertalite menjadi jenis BBM yang paling banyak dikonsumsi yang menjadi tulang punggung kegiatan ekonomi masyarakat. “Tahun 2020 konsumsi Pertalite turun karena pandemi Covid-19. Namun 2021 konsumsinya meningkat lagi,” kata Kementerian ESDM.

Peningkatan konsumsi dibarengi peningkatan impor BBM. Pada 2021 impor BBM mencapai 22,09 juta KL, naik 5,82% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 20,87 juta KL. Peningkatan impor tersebut terutama didorong oleh Pertamax atau bensin RON 92 sedangkan Pertalite turun.

Impor Pertamax melonjak 51,73% dari 6,48 juta KL menjadi 9,84 juta KL. Sedangkan impor Pertalite turun 16,06% dari 9,7 juta KL menjadi 8,14 juta KL. Lalu apa penyebab turunnya impor Pertalite yang menjadi jenis BBM yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia?

Jawabannya ada pada kapasitas kilang dalam memproduksi dua jenis BBM tersebut. Menurut data Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia 2021, produksi Pertalite pada kilang-kilang di dalam negeri tahun lalu meningkat 48,73% menjadi 62,22 juta KL dari sebelumnya 41,83 juta KL.

Sedangkan produksi Pertamax anjlok 40,84% menjadi 28,57 juta KL dari sebelumnya mencapai 48,29 juta KL. Berikut produk minyak olahan kilang di Indonesia:

Pemerintah Tambah Kuota Pertalite

Adapun konsumsi Pertalite tahun ini diperkirakan lebih tinggi di atas perkiraan pemerintah sebesar 23 juta KL. Pemerintah juga telah menambah kuota BBM bersubsidi ini sebesar 6,86 juta KL dari kuota awal 23,05 juta KL menjadi 29,91 juta KL.

Kepala BPH Migas Erika Retnowati mengatakan, penambahan kuota BBM bersubsidi bertujuan untuk menutup potensi kelangkaan BBM akibat lonjakan konsumsi hingga akhir tahun. Dia menilai, pasokan BBM bersubsidi hanya akan mencukupi konsumsi sampai Oktober jika tidak ada penambahan kuota.

“Dengan kondisi perekonomian yang membaik pasca Covid-19, konsumsi BBM baik Solar maupun Pertalite mengalami lonjakan, sehingga jika tidak ditambah, kuotanya akan habis pada pertengahan Oktober 2022 untuk Pertalite, dan pada pertengahan November untuk Solar," kata Erika dalam siaran pers pada Selasa (4/10).

Sampai dengan 30 September 2022, konsumsi Pertalite telah mencapai sebanyak 95,32% dari total kuota awal sebesar 23,05 juta KL atau 21,97 juta KL.

Penambahan kuota BBM jenis Pertalite dan solar subsidi disambut positif oleh Pertamina. Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga Irto Ginting, mengatakan langkah penambahan kuota BBM bersubsidi dinilai bisa memberikan kepastian ketersediaan BBM bersubsidi untuk masyarakat yang berhak.

“Hal ini tentu saja menjadi berita yang baik untuk masyarakat, tidak perlu mengkhawatirkan ketersediaan pertalite dan solar, penambahan ini diharapkan akan dapat mencukupi kebutuhan masyarakat sampai akhir tahun," ujarnya.