Harga batu bara di pasar ICE Newcastle pada Selasa (25/10), merosot menjadi US$ 386,05 per ton atau turun 1,38% dibandingkan perdagangan pekan lalu, Jumat (21/10). Turunnya harga batu bara setelah Cina meningkatkan impor batu bara dari Australia.
Reuters melaporkan impor batu bara Cina pada September 2022 mencapai 33,05 juta ton atau naik 12,2% dibandingkan pada Agustus lalu yang tercatat 29,46 juta ton. Selain menggenjot impor, Cina juga sedang berupaya menaikkan produksi batu bara domestik hingga 390 juta ton pada September.
Target produksi ini melonjak 12,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Langkah ini seiring Cina mengubah kebijakan pasokan batu bara untuk pembangkit listrik menjadi 20 hari.
Sumber batu bara Cina mayoritas berasal dari sesama negara Asia seperti Indonesia yang menjadi pemasok utama dengan pengiriman 20,7 juta ton. Disusul Mongolia yang mengekspor batu bara ke Cina sebesar 4,24 juta ton.
Sebagai konsumen terbesar batu bara di dunia, besaran konsumsi batu bara di Cina berpotensi menentukan harga batu bara global. Namun, sentimen positif dari Cina nyatanya masih belum mampu mengerek harga batu bara.
Kondisi ini dipengaruhi oleh seretnya pengiriman batu bara dari negara bagian Australia yakni New South Wales dan Queensland yang dilaporkan masih dilanda hujan deras bahkan banjir di beberapa wilayah. Kondisi tersebut membuat pengiriman batu bara terganggu.
Argus Media melaporkan antrian kapal yang hendak membongkar muat di Hay Point, Queensland, mencapai 28 kapal pada Senin kemarin. Antrian ini disebabkan kereta batu bara tergelincir pada 21 Oktober di Yukan di Central Queensland Coal Network, sekitar 50 km selatan Mackay.
Kejadian ini berdampak pada terputusnya akses pelabuhan ke semua tambang di jaringan Goonyella dan menyebabkan layanan batu bara dikembalikan pada 23 Oktober.
Selain itu, faktor tarif kargo dan kurs dolar Amerika Serikat (AS) yang terus menguat juga menjadi faktor melandainya impor batu bara global. "Tarif kargo naik dan dolar Amerika Serikat terus menguat. Faktor ini kemungkinan membuat keinginan untuk mengimpor melandai ke depan," tutur seorang analis, seperti dikutip dari Reuters.