PT Bukit Asam (PTBA) akan segera mengoperasikan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara mulut tambang Sumsel-8 atau PLTU Tanjung Lalang di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Perkiraannya PLTU beroperasi komersial atau commercial operation date (COD) pada awal 2023.
Direktur Umum PTBA, Arsal Ismail, mengatakan kemajuan konstruksi PLTU Tanjung Lalang sudah mencapai 97% dan ditargetkan memulai proses pengujian operasional pada kuartal IV 2022. "Pembangkit listrik ini diharapkan dapat mulai menyelesaikan proses uji komisioning pada akhir tahun 2022, dan mulai beroperasi komersial pada 2023," kata Arsal dalam konferensi pers kinerja Perseroan Kuartal III 2022 pada Kamis (27/10).
PLTU Tanjung Lalang berkapasitas 2x620 megawat (MW) bakal membutuhkan suplai batu bara 5,4 juta ton per tahun dengan nilai proyek mencapai US$ 1,68 miliar atau sekitar Rp 24 triliun. PLTU ini merupakan bagian dari proyek 35.000 MW yang dibangun PTBA melalui PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) sebagai Independent Power Producer atau IPP.
PLTU tersebut juga merupakan bagian dari proyek 35.000 MW. "HBAP ini merupakan Konsorsium dengan Cina Huardian Company Limited," ujar Arsal.
HBAP mendapat fasilitas pinjaman dari China Export Import (CEXIM) Bank senilai US$ 1,26 miliar atau sekitar Rp 17 triliun. Pembiayaan yang diberikan CEXIM untuk proyek PLTU Sumsel-8 ini merupakan salah satu bentuk kerja sama antara Indonesia dan Tiongkok.
Nilai pinjaman CEXIM ini mencapai 75% dari kebutuhan pendanaan proyek. Bukit Asam dan China Huadian akan memenuhi 25% sisanya atau sekitar US$ 420 juta melalui setoran modal. HBAP dan PLN menandatangani Power Purchase Agreement (PPA) pada 2014 namun diamendemen pada 19 Oktober 2017.
Perubahan alokasi listrik yang diproduksi PLTU tersebut yang semula untuk memenuhi kebutuhan listrik di Pulau Jawa (Java Grid) dialihkan ke Sumatra. Pasalnya, kebutuhan listrik di Jawa telah tercukupi.
Sebelumnya, Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru mengatakan capaian ini sangat menggembirakan karena tak berapa lama lagi Sumsel akan menjadi provinsi pertama di Indonesia yang memiliki PLTU mulut tambang. "Hadirnya PLTU Sumsel-8 ini benar-benar membuktikan eksistensi Sumsel sebagai daerah lumbung energi di Indonesia," ujarnya.
PLTU mulut tambang adalah PLTU yang lokasi pembangkitnya terletak paralel terhadap lokasi tambang batu bara sehingga biaya logistik dapat dikurangi.
Nantinya, PLTU ini akan menyuplai energi listrik ke luar Sumatera melalui jaringan bawah laut. "Ini akan membawa dampak besar bagi pendapatan negara. Untuk daerah juga demikian berdampak langsung dengan terciptanya lapangan kerja baru. Di masa pandemi ini saja, ada sekitar 3.000 tenaga kerja lokal terserap," kata Herman.