PT Bukit Asam Tbk (PTBA) tengah menjajaki proyek pengembangan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) berkapasitas 1.300 mega watt (MW) di Cina Selatan.
Dalam pengerjaannya, PTBA akan bekerja sama dengan perusahaan pembangkit listrik China Huadian Corporation (CHD) melalui Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani pada tanggal 18 Oktober 2022. Kerjasama ini diharap bisa menjadi gerbang transfer teknologi untuk pengembangan PLTB di Indonesia.
"PTBA bersama CHD menjajaki pengembangan PLTB berkapasitas 1.300 MW di Cina Selatan dan Pengembangan energi terbarukan lainnya di Indonesia," kata Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail, dalam konferensi pers Kinerja Perusahaan Kuartal III 2022, Kamis (27/10).
Melalui kerja sama ini, PTBA berharap bisa memperoleh keuntungan berupa transfer teknologi dan kesempatan untuk memperluas kerja sama pembangunan PLTB di Indonesia. Arsal menyampaikan, perusahaan sejauh ini masih mencari lokasi yang sesuai untuk dijadikan tempat pendirikan pembangkit listrik tenaga angin.
"Kalaupun kami ikut ke CHD, tentu kami minoritas karena kami ingin transfer teknologi di tenaga bayu. Dengan kerja sama dengan CHD, kami ingin mereka masuk dan mengembangkannya di Indonesia. Untuk di Indonesia, kami harus cari lokasi-lokasi," ujar Arsal.
Sebagai perusahaan tambang batu bara, PTBA secara bertahap tengah menjajaki bisnis energi terbarukan yang disebut sebagai bisnis energi masa depan. Menurut Arsal, PTBA mau tak mau harus mengikuti tren bisnis energi yang semakin mengarah kepada sumber energi terbarukan.
"Ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk Net Zero Emissions, energi fosil ini mau tidak mau, suka tidak suka, akan berkurang dan PTBA harus siap untuk menghadapi situasi seperti itu," kata Arsal.
Selain menjajaki pengembangan PLTB, PTBA sudah lebih dulu melakukan ekspansi bisnis dengan mengembangkan industri gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether atau DME di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan.
Proyek senilai US$ 2,3 miliar atau sekitar Rp 34,04 triliun bekerja sama dengan Pertamina dan perusahaan bidang pengolahan gas dan kimia asal Amerika Serikat (AS), Air Products and Chemicals Inc atau APCI.
Direktur Pengembangan Usaha PTBA, Rafly Yandra, mengatakan proyek ini dapat meningkatkan ketahanan energi nasional dengan menggantikan porsi gas impor.
Proyek dengan luas 164 hektare ini groundbreaking pada 4 Januari lalu yang dihadiri Presiden Jokowi. "Proyek ini akan menyerap 1.000 tenaga kerja selama operasional pabrik," kata Rafly dalam konferensi pers Public Expose pada Selasa (13/9).
Proyek tersebut akan menghabiskan 6 juta ton batu bara berkalori rendah 4.200 per tahun untuk diolah menjadi DME. Adapun pengolahan 6 juta ton batu bara dapat menghasilkan DME sebesar 1,4 juta ton. Selain itu, pabrik tersebut juga akan memproduksi Methanol sebanyak 2,1 juta ton per tahun dan Syngas atau gas sintetis sebesar 4,5 juta kN/m3 per tahun.
Gas sintetis merupakan campuran bahan bakar gas yang terdiri dari hidrogen, karbon monoksida, dan karbon dioksida. Gas alam sintetis ini umumnya digunakan untuk memproduksi amonia atau metanol yang dimanfaatkan sebagai bahan baku industri kimia seperti pupuk dan petrokimia, listrik dan gas kota.