Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, memiliki sumber daya minyak dan gas (migas) yang melimpah. Salah satu lapangan migas yang telah mulai berproduksi yaitu Jambaran Tiung Biru (JTB) yang dapat menghasilkan gas sebesar 192 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd) hingga 2035.
Jambaran Tiung Biru berlokasi di Desa Bandungrejo, Ngasem, Bojonegoro, Jawa Timur, merupakan salah satu lapangan gas terbesar di Indonesia. General Manager Gas Project JTB Pertamina EP Cepu Ruby Mulyawan menunjukkan bahwa Bojonegoro memiliki kekayaan migas yang luar biasa.
“Kabupaten Bojonegoro ini luar biasa kaya. Kalau dapat dimonetisasi semua, akan sangat luar biasa dampaknya ke Bojonegoro,” ujarnya kepada wartawan saat media visit lapangan gas Jambaran Tiung Biru, Bojonegoro, beberapa waktu lalu, Rabu (26/10).
Dia mencontohkan, pada proyek JTB saja, gas yang dihasilkan mencapai 315-330 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd) hanya dari enam sumur, atau satu sumur menghasilkan rata-rata 60 mmscfd gas.
“Banyak lapangan (migas) di Indonesia yang hanya menghasilkan 20-30 juta (mmscfd) dari banyak sumur. Ini (JTB) hanya dari satu sumur saja 60 juta. Reservoir-nya memang besar sekali. Diharapkan menjadi salah satu penghasil gas terbesar di Jawa Timur dengan produksi 192 juta,” kata Ruby.
Selain lapangan yang telah mulai berproduksi, dia juga menunjukkan beberapa lapangan prospektif yang dapat dieksplorasi dan dikembangkan lebih lanjut.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Unit Percepatan Proyek Jambaran Tiung Biru SKK Migas, Waras Budi Santosa, mengatakan bahwa kontribusi hulu migas terhadap pendapatan asli daerah (PAD) akan menjadikan Bojonegoro kabupaten terkaya di Indonesia.
“Mulai dari (lapangan) Banyu Urip, kemudian ada juga di daerah Mudi, sampai ke sekitar sini yang kecil-kecil. Kontribusi migas ke PAD menjadikan Bojonegoro yang terkaya di Indonesia,” ujarnya.
Adapun lapangan gas Jambaran Tiung Biru saat ini telah berhasil memproduksi 30 mmscfd gas, atau sekitar 15,6% dari kapasitas produksi penuhnya sebesar 192 mmscfd. Ruby mengungkapkan produksi diharapkan dapat ditingkatkan menjadi 60-70 mmscfd dalam sepekan.
“Insya Allah pertengahan atau akhir Desember (2022) kalau tidak aral produksi bisa mencapai kapasitas penuhnya 192 mmscfd,” ujarnya.