Proyek gas alam cair (LNG) Abadi Blok Masela hingga kini masih belum berjalan imbas mundurnya perusahaan minyak dan gas bumi (migas) asal Belanda, Shell Upstream Overseas pada Juli 2020. Padahal proyek ini ditargetkan onstream atau mulai berproduksi pada 2027.
Sebelum menarik diri dari proyek LNG Blok Masela, Shell menguasai 35% saham participating interest (PI) yang nilainya diperkirakan US$ 800 juta hingga US$ 1 miliar. Sisanya dikuasai Inpex asal Jepang sebesar 65%.
Kendati demikian, lapangan migas yang berlokasi di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku ini masih mendatangkan daya tarik bagi para pelaku usaha migas. Blok Masela kemungkinan besar akan dikelola melalui skema usaha bersama dengan Inpex Corporation sebagai operator sekaligus pemegang saham mayoritas.
Kemudian, PI 35% milik Shell bakal digarap bersama lewat skema konsorsium yang berisikan dua sampai tiga perusahaan patungan untuk mempercepat proses divestasi 35% saham milik Shell. Konsorsium tersebut diinsiasi oleh PT Pertamina.
Plt. Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Mohammad Kemal, mengatakan saat ini pihaknya masih menunggu hasil kajian lapangan dari ExxonMobil dan Pertamina untuk pengambilalihan 35% saham Shell pada proyek ini. Hasil studi ini diperkirakan diterima oleh SKK Migas pada November ini.
Lebih lanjut, setelah penyerahan hasil studi, SKK Migas mempersilakan Exxon dan Pertamina agar segera bertemu dengan Shell untuk menuntaskan divestasi hak partisipasi proyek Blok Masela.
"Business to business dengan Shell, kami memastikan prosesnya berjalan agar proyek bisa berjalan," kata Kemal lewat pesan singkat pada Selasa (1/11).
Cina hingga Uni Emirat Arab Minati Blok Masela
Selain Exxon dan Pertamina, ada beberapa perusahaan domestik dan internasional yang dikabarkan menaruh minat pada blok tua tersebut. Adapun sejumlah perusahaan maupun pihak yang disebut melirik proyek LNG Abadi Blok Masela sebagai berikut:
Uni Emirat Arab
Baru-baru ini, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan ada potensi bergabungnya perusahaan migas asal Uni Emirat Arab (UEA) yang akan ikut ambil bagian ke dalam konsorsium yang diinisiasi PT Pertamina.
"Yang saya tahu ada dari tempat lain mungkin malah dari UAE (United Arab Emirates), mungkin ya,” kata Luhut saat ditemui di Ciputra Artpreneur Jakarta pada Sabtu (29/10).
Cina
Duta Besar Cina untuk Indonesia, Lu Kang, menyatakan bahwa pemerintah Cina terbuka untuk penawaran investasi pengembangan proyek LNG Abadi Blok Masela. Akan tetapi, Saat dikonfirmasi soal adanya kabar ketertarikan PetroChina Company Ltd di proyek Blok Masela, Lu kang enggan menjelaskan lebih lanjut.
“Saya perlu mengecek detailnya terkait itu. Tapi saya bisa katakan bahwa seluruh area yang menjadi penawaran pemerintah Indonesia untuk perusahaan dan pemerintah luar sejauh bermanfaat kami akan menunjukkan minat kami,” kata Lu Kang beberapa waktu lalu, Jumat (28/10).
Amerika Serikat (AS)
Perusahaan migas asal Amerika Serikat (AS), ExxonMobil juga dikabarkan ikut meramaikan pengambilalihan hak partisipasi atau participation interest atau PI 35% milik Shell pada proyek Abadi LNG Blok Masela.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, mengatakan Exxon kini sedang melakukan studi lapangan. Hal serupa juga dilaksanakan oleh perusahaan Migas nasional, PT Pertamina. Menurut Dwi, hasil kajian tersebut bakal menentukan jumlah besaran hak partisipasi yang akan diambil.
"Exxon juga melakukan studi, bisa jadi potensi. Mudah-mudahan pada November Pertamina dan Exxon bisa menyampaikan laporannya," kata Dwi saat ditemui di Kantor SKK Migas pada Senin (17/10).
Perusahaan Migas Nasional
Selain ExxonMobil, perusahaan eksplorasi dan produksi migas asal Indonesia Medco Energi berminat untuk mengambil 10% dari hak partisipasi pengelolaan Proyek Abadi LNG Blok Masela dari Shell.
"Medco bilang berminat kalau bisa masuk 10%," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif saat ditemui di sela acara IPA Convention 2022 ke-46 dengan tema 'Addressing the Dual Challenge: Meeting Indonesia’s Energy Needs While Mitigating Risks of Climate Change' di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (21/9).
Arifin mengatakan, keputusan komposisi pengelola Proyek Abadi Masela akan ditentukan dari konsorsium yang dikepalai oleh Inpex Corporation selaku operator. "Kalau pemerintah sih mau saja Medco ambil 10% tapi tergantung dari konsorsiumnya saja, maunya gimana," sambung Arifin.
Direktur Utama Medco Energi Internasional Hilmi Panigoro mengatakan, pihaknya tertarik untuk bergabung ke dalam konsorsium pengelola Blok Masela karena blok migas tersebut memiliki sumber daya gas yang besar.
"Keputusan itu kan bukan di kami, tergantung pemerintah dan Inpex. Jika mereka mau mengundang, tentu kami dengan senang hati akan melihat itu," kata Hilmi.
Hilmi menyebut, pengembangan Proyek Masela membutuhkan teknologi tinggi karena lokasi pengeboran yang berada di laut dalam atau lepas pantai. Ia pun menyadari, proyek Blok Masela merupakan proyek yang sulit digarap. "Blok Masela bukan liga-nya Medco. Kalau kami masuk sebagai operator sih, tidak mungkin," ujarnya.