PT Pertamina Hulu Energi (PHE) melaporkan realisasi produksi minyak sampai dengan September 2022 mencapai 418.000 barel per hari (bph) . Torehan ini naik 20% dibandingkan produksi pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 349.000 bph.
Di sisi lain capaian produksi gas PHE berada di angka 2.216 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd) atau turun 1% dari capaian tahun lalu di kisaran 2.290 mmscfd.
Direktur Utama PHE Wiko Migantoro, mengatakan penurunan produksi gas disebabkan oleh kondisi penurunan alami atau natural decline di lapangan. Wiko menjelaskan, penurunan alami yang menimpa PHE merupakan konsekuensi logis dari pengelolaan lapangan-lapangan tua oleh Pertamina.
"Bila kita tidak melakukan sesuatu, maka produksi minyak akan menurun secara alamiah sampai 20% dari produksi eksisting tahun 2021," kata Wiko dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR pada Rabu (9/11).
Untuk meningkatkan produksi migas, PHE berencana memasifkan aktivasi jumlah sumur pengembangan menjadi 738 lubang dibanding realisasi di tahun 2021 sejumlah 337 sumur. Selain itu, ujar Wiko, PHE juga menaikan kegiatan workover menjadi 589 kali, meningkat dari 540 workover pada 2021.
Kegiatan WIWS meningkat jadi 27.721 dibanding 16.445 di tahun 2021. Sejauh ini kontribusi produksi minyak PHE terhadap produksi nasional adalah 67%. Sementara produksi gas PHE menyumbang 32% gas nasional.
Guna mendorong produktivitas lapangan-lapangan tua yang dikelola oleh Pertamina, Wiko menyebut pihaknya mengusulkan Capex atau belanja modal untuk pengembangan sektor hulu sebesar US$ 4,1 miliar pada 2023. "Ini baru usulan, belum ketuk palu," ujar Wiko saat ditemui usai RDP.
Wiko pun menambahkan, PHE bakal melakukan manuver pada kegiatan eksplorasi dengan menyisir peluang pengeboran beresiko tinggi. "Dulu kami hanya main di low risk, yang orang bilang hasilnya tidak big fish. Dan untuk tahun depan kami alokasikan 22% untuk di high risk," tukas Wiko.