Harga minyak anjlok lebih dari tiga persen pada akhir perdagangan Kamis (17/11) waktu setempat atau Jumat pagi WIB. Kenaikan suku bunga AS yang lebih agresif dan meningkatnya jumlah kasus Covid-19 di Cina menambah tekanan pada harga minyak.
Pelaku pasar khawatir jika dua poin tersebut dapat mengurangi permintaan minyak.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari terpuruk US$ 3,08 atau3,3 %, menjadi US$ 89,78 per barel di London ICE Futures Exchange. Ini memperpanjang penurunan 1,1% dibandingkan hari sebelumnya.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) tergelincir US$ 3,95 dolar AS atau 4,6%, menjadi US$ 81,64 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Ini juga melanjutkan penurunan 1,5% pada Rabu (16/11/2022).
"Ini semacam pukulan tiga kali lipat. Kami memiliki kasus Covid-19 yang meningkat di China, suku bunga terus meningkat di sini di AS dan sekarang kami memiliki pelemahan teknis di pasar," kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial seperti dikutip dari Antara, Jumat (18/11).
Presiden Federal Reserve St. Louis, James Bullard, mengatakan aturan kebijakan moneter dasar akan mengharuskan suku bunga naik setidaknya ke sekitar 5%. Sementara asumsi yang lebih ketat akan merekomendasikan suku bunga di atas 7%.
Nilai tukar dolar AS juga naik terdorong data ekonomi AS. Dolar yang lebih kuat membuat minyak berdenominasi dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Cina melaporkan peningkatan infeksi Covid-19 setiap harinya. Reuters melaporkan, kilang-kilang Cina telah diminta mengurangi volume minyak mentah Saudi. Cina juga telah memperlambat pembelian minyak mentah Rusia.
Meskipun beban kasus Covid-19 di Cina lebih kecil daripada negara lain, importir minyak mentah terbesar di dunia ini mempertahankan kebijakan ketat untuk meredam wabah awal. Hal itu berdampak pada penurunan permintaan bahan bakar.
Harga bahan bakar minyak atau BBM di berbagai negara mengalami peningkatan, seiring dengan naiknya harga minyak dunia. Di tengah situasi ini Rusia menawarkan minyak yang harganya lebih murah dari harga pasaran internasional.
Hal ini terlihat dari harga minyak mentah Urals yang konsisten berada di bawah harga Brent selama periode 1-26 Agustus 2022, seperti tergambar pada grafik di bawah
.