Harga minyak beragam pada akhir perdagangan Kamis (1/12). Sementara harga minyak mentah AS naik untuk keempat sesi berturut-turut, di tengah pelemahan greenback, data manufaktur AS yang meresahkan serta ketidakpastian atas tindakan OPEC+ selanjutnya.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari bertambah 67 sen atau 0,8%, menjadi US$ 81,22 per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari turun 9 sen atau 0,1%, menjadi ditutup di US$ 86,88 per barel di London ICE Futures Exchange.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, merosot 1,15% menjadi 104,7300 pada akhir perdagangan Kamis (1/12/2022). Hal ini turut mendorong kenaikan harga minyak.
Pada Rabu (30/11/2022), WTI dan Brent masing-masing melonjak 3,0 persen dan 2,9 persen, setelah data menunjukkan penurunan hampir 13 juta barel dalam persediaan minyak mentah AS selama pekan yang berakhir 25 November.
Pedagang juga menunggu pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya atau yang dikenal sebagai OPEC+, pada Minggu (4/12).
Sementara itu, laporan Reuters mengatakan bahwa pemerintah Uni Eropa untuk sementara telah menyetujui harga minyak Rusia dibatasi menjadi US$ 60 per Barel. Hal ini untuk meredam kenaikan harga minyak.
Batas yang diusulkan tersebut akan membuat harga minyak Rusia lebih rendah 5% di bawah harga pasar minyak. Angka tersebut masih lebih tinggi dari perkiraan banyak orang dan mempersempit peluang pembalasan Rusia dalam bentuk pengurangan produksi atau ekspor.
Berdasarkan data Trading Economics, rata-rata harga minyak mentah Urals asal Rusia mencapai US$ 75,04 per barel pada Oktober 2022. Harga ini menguat sekitar 7% dibanding bulan sebelumnya, seiring dengan kenaikan harga minyak dunia.
Kendati harganya naik, minyak Rusia masih jauh lebih murah ketimbang rata-rata harga minyak mentah Brent yang mencapai US$93,13 per barel, ataupun West Texas Intermediate (WTI) yang harganya US$ 87,26 per barel pada Oktober 2022.