G7 Patok Harga Minyak Rusia US$60/Barel, Ini Dampaknya ke Pasar Minyak

123rf/Ilkin Quliyev
Ilustrasi energi / minyak Rusia.
Penulis: Happy Fajrian
3/12/2022, 14.48 WIB

Negara-negara G7 dan sekutunya, Australia dan Uni Eropa (UE), sepakat untuk mematok harga minyak mentah Rusia yang dikirim melalui laut di level US$ 60 per barel. Pembatasan harga tersebut berlaku mulai Senin (5/12), bersamaan dengan embargo UE.

Lalu bagaimana dampak sanksi ini terhadap pasokan dan harga minyak dunia? Dari sisi pasokan, produksi minyak Rusia berpotensi turun 500.000 barel per hari (bph) menjadi 1 juta bph pada awal 2023. Estimasi tersebut berada di ujung bawah perkiraan analis pasar dari dampak gabungan pembatasan harga dan embargo.

“Ini kira-kira sama dengan volume pasokan minyak Rusia lintas laut ke UE dalam beberapa pekan terakhir. Saya pikir mereka (Rusia) tidak akan bisa mengalihkan pasokannya ke tempat lain,” kata Alexei Kokin dari pialang Otkritie terkait sanksi batas harga dan embargo negara bara, dikutip Reuters, Sabtu (3/12).

Melalui dua sanksi ini, negara-negara barat ingin menekan keuangan Rusia untuk mengurangi kemampuannya mendanai perang di Ukraina dari penjualan minyak mentah maupun olahan.

Ekspor minyak mentah, gas, dan produk minyak olahan menyumbang sebagian besar pendapatan Rusia yang tetap tinggi karena gangguan produksi dan penjualan minyak akibat sanksi dari negara barat dapat ditutupi oleh tingginya harga di pasar.

Tercatat, pendapatan Rusia dari penjualan minyak dan gas (migas) melonjak lebih dari 33% dalam 10 bulan pertama tahun ini. Sebelum perang di Ukraina dimulai pada 24 Februari, Rusia mengekspor sekitar 8 juta barel per hari minyak dan produk minyak.

UE, pembeli terbesar Rusia, memangkas pembelian dari Rusia sebagai respons atas konflik tersebut. Namun Rusia berhasil mengalihkan pasokan yang ditolak kawasan tersebut ke Asia sebesar 7,6 juta barel per hari, sehingga ekspor negara tersebut hanya turun sekitar 400 ribu bph.

Ke depan, hingga 2023, salah satu rintangan utama bagi Rusia dalam menjual minyaknya adalah batas harga yang disepakati G7 dan sekutunya UE dan Australia. Mereka berupaya untuk mengimbangi upaya dalam membatasi pendapatan ekspor minyak Rusia, sambil menghindari guncangan harga minyak dunia.

Beberapa importir terbesar minyak Rusia yaitu Cina dan India yang tidak termasuk dalam inisiatif untuk mematok harga. Moskow telah menyatakan bahwa mereka tidak akan memasok minyak kepada negara-negara yang terlibat dalam kebijakan pembatasan harga.

Meski demikian tidak jelas apakah perusahaan perkapalan dan asuransi dapat melakukan pengiriman minyak Rusia ke seluruh dunia yang dibeli lebih dari batas yang disepakati.

Sejumlah analis mengatakan bahwa untuk menavigasi hambatan tersebut akan membutuhkan lebih banyak waktu dan menyebabkan gangguan pasokan. Namun analis JPMorgan menilai dampak tersebut dapat diatasi dengan mudah oleh Rusia dengan menggunakan kapalnya sendiri untuk mengirim minyak ke Cina dan India.

Meksi demikian, analis lain menilai ada dampak yang lebih dalam. Analis Centre for Energy Development, Kirill Melnikov, memproyeksikan produksi minyak Rusia turun sebesar 1-1,5 juta bph pada Januari dibandingkan level produksi November.

Sementara Badan Energi Internasional memperkirakan produksi minyak mentah Rusia turun 2 juta bph pada akhir kuartal I 2023 dengan turut memperhitungkan dampak dari embargo UE terhadap produk minyak olahan Rusia yang akan mulai berlaku pada 5 Februari 2023.

Dampak Pembatasan Harga Minyak Rusia terhadap Harga Dunia

Semakin banyak minyak Rusia yang hilang ke pasar dunia, semakin besar kemungkinan dampaknya mengerek harga. Itu bisa menguntungkan Rusia dan eksportir besar lainnya, dan menghukum konsumen di Barat yang sudah menghadapi inflasi tinggi, sebagian besar karena biaya energi.

“Bahkan jika penurunan ekspor lebih besar dari yang diharapkan, dampak pada anggaran diimbangi oleh kenaikan harga, sehingga pendapatan anggaran tidak akan berkurang secara signifikan,” kata Igor Galaktionov dari broker BCS Mir Investitsiy.

Pemerintah Uni Eropa pada hari Kamis untuk sementara menyetujui batas harga US$ 60 per barel minyak mentah Rusia, dengan mekanisme penyesuaian untuk menjaga batas atas 5% di bawah nilai pasar.

Negara-negara G7 sebelumnya telah mengusulkan batas harga US$ 65-70 per barel, di sekitar harga Ural campuran ekspor utama Rusia saat ini, sementara Polandia menginginkannya jauh lebih rendah pada US$ 30 per barel.

Ural, yang biasanya dijual sebagian besar ke pembeli Eropa, telah turun menjadi diskon sekitar US$ 23,50 per barel dibandingkan dated Brent, yang menjadi harga acuan di pasar bebas, dari diskon US$ 2-3 per barel pada awal tahun.

“Saya pikir batas yang sedang dibahas oleh UE akan mendekati tingkat harga di mana Rusia saat ini menjual minyak,” kata Alexei Gromov dari Institut Energi dan Keuangan yang berbasis di Moskow. “Jika batas harga sekitar US$ 60 per barel, Rusia akan terus mengekspor minyaknya dengan nyaman.”

Asalkan pembeli menolak membayar lebih dari batas harga, batas US$ 60 per barel, berarti Rusia tidak akan diuntungkan jika harga internasional naik.

Pendapatan Rusia - dan produsen minyak lainnya - telah turun sejak batas harga pertama kali diusulkan oleh Amerika Serikat dan negara-negara G7 lainnya pada bulan Juni, menambah tekanan jual pada pasar minyak internasional yang melemah oleh prospek ekonomi global.

Jika harga minyak Rusia turun menjadi US$45-50 per barel pada tahun 2023, Yevgeny Suvorov, ekonom di Centrocredit Bank, mengatakan anggaran Rusia akan menghadapi penurunan pendapatan di kisaran 2 triliun rubel atau sekitar US$ 32 miliar.

Bank sentral Rusia mengharapkan total pendapatan minyak dan gas tahun depan sebesar 8,9 triliun rubel. Pendapatan ditentukan tidak hanya oleh harga langsung minyak mentah Rusia tetapi juga oleh nilai tukar pada saat penjualan.

Jika rubel relatif kuat, seperti sekarang, pendapatan anggaran dalam mata uang lokal turun, membuat kementerian keuangan lebih sulit untuk menyeimbangkan pembukuan.

Asumsi kementerian untuk anggaran tahun depan adalah minyak Rusia rata-rata US$ 70,1 per barel dan nilai tukar rata-rata 68,3 rubel per dolar. Bandingkan dengan level saat ini masing-masing sekitar US$ 65 per barel dan 61-62 rubel per dolar.

Meskipun rubel telah jatuh baru-baru ini, itu masih jauh di atas kisaran yang disukai pemerintah 70-80 terhadap dolar, dan bisnis Rusia telah mendesak bank sentral untuk membangun cadangan yuan Cina dan melemahkan mata uang lokal.

Di luar batasan harga dan larangan impor Eropa, sektor minyak Rusia juga dapat dipengaruhi oleh pembatasan Covid-19 di Cina, pembeli minyak mentahnya yang semakin penting. Cina membeli sekitar 2 juta bph minyak Rusia dalam beberapa bulan terakhir dari 1,6-1,8 juta bph pada awal tahun.

“Pasar minyak akan terus diterpa oleh berita yang sedang berlangsung dari Cina, mengingat seberapa besar dampak penguncian yang sedang berlangsung terhadap permintaan minyak di konsumen terbesar kedua di dunia,” kata Matt Smith, analis minyak utama di Kpler.