Presiden Joko Widodo menggelar Sidang Kabinet Paripurna hari ini. Salah satu pembahasannya adalah strategi hilirisasi timah dan bauksit.
Sejumlah menteri yang hadir adalah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif, Menteri investasi Bahlil Lahadalia, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan.
Zulkifli mengatakan hilirisasi menjadi hal yang penting untuk memberikan nilai tambah. "Oleh karena itu akan dijadikan hilirisasi seperti nikel, mungkin akan diberlakukan tahun depan," kata Zulkifli di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (6/12).
Adapun topik pembahasan lain dalam sidang kabinet adalah perekonomian Indonesia tahun 2023 serta penanganan Covid-19. Adapun sidang dimulai pada 13.30 WIB.
Sebelumnya, Jokowi memproyeksikan 60% dari pangsa pasar baterai kendaraan listrik atau EV akan dikuasai Indonesia. Menurutnya, hal tersebut merupakan dampak dari hilirisasi nikel.
Jokowi bahkan telah menemui tiga delegasi dari negara besar. Dalam pertemuannya, para delegasi menanyakan terkait strategi Indonesia dalam implementasi transisi energi, khususnya terkait pengembangan baterai EV di dalam negeri.
"Beberapa kali saya sampaikan, industri baterai EV yang kita bangun ke depan ini sebuah ekosistem besar, bukan proyek kecil-kecil," kata Jokowi dalam Rapat Pimpinan Nasional Kamar Dagang dan Industri 2022, Jumat (2/12).
Jokowi juga telah memerintahkan banding di Organisasi Dagang Dunia atau WTO untuk memperjuangkan kebijakan larangan ekspor bijih nikel. Hal ini setelah WTO memenangkan gugatan Uni Eropa.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif menilai komoditas tambang bijih timah juga berpeluang untuk menghasilkan keuntungan besar jika melewati proses hilirisasi. Adapun bijih timah hasil penambangan dihargai US$ 1.000 per ton. Angka ini akan naik jadi US$ 9.000 per ton setelah melewati proses pengolahan dan pemurnian.
Sementara itu, harga bijih nikel yang hanya dihargai US$ 33 per ton akan melonjak jadi US$ 2.622 per ton dan US$ 8.396 per ton setelah dimurnikan menjadi feronikel dan nikel matte. Angka ini akan lebih tinggi jika diolah lebih jauh menjadi nikel batangan senilai US$ 13.786 per ton.