Konsumsi bahan bakar minyak atau BBM non-subsidi seperti Pertamax, Pertamina Dex, Pertamax Turbo, dan Dexlite turun 28,4% secara tahunan atau year on year (yoy). Ini dinilai karena perbedaan harga yang jauh dengan BBM subsidi seperti Pertalite dan Solar.
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mencatat, penyaluran BBM non subsidi 23,058 juta kiloliter (kl) per September. Angkanya turun dibandingkan periode sama tahun lalu 44,36 juta kl.
Penjualan BBM non subsidi diperkirakan 31,76 juta kl sampai akhir tahun ini.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, tingkat pertumbuhan kendaraan bermotor di Indonesia 4% - 5% per tahun. Namun, “disparitas harga jual terlalu jauh (antara BBM subsidi dan non subsidi),” kata dia di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (9/12).
Oleh karena itu, “konsumsi BBM non-subsidi turun,” tambah Arifin. Sedangkan konsumsi BBM subsidi diprediksi meningkat, terutama Pertalite.
Perbandingan harga BBM subsidi dan non subsidi di DKI Jakarta sebagai berikut:
- Pertalite Rp 10.000 per liter, sementara Pertamax dan Pertamax Turbo Rp 13.900 dan Rp 15.200 per liter
- Solar Rp 6.800 per liter, sementara Pertamina Dex dan Dexlite Rp 18.800 dan Rp 18.300 per liter
Sedangkan Kepala BPH Migas Erika Retnowati menilai, penurunan penjualan BBM non-subsidi turun karena peralihan bensin dengan nilai oktan (RON) 90 atau Pertalite menjadi Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) sejak Juni 2021.
“Ini karena peralihan Pertalite yang sebelumnya Jenis BBM Umum (JBU) menjadi JBKP mulai Juni 2021,” kata Erika saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII, Kamis (8/12).
Penjualan JBU 44,36 juta kl tahun ini. Penjualannya turun menjadi hanya 23,058 juta kl selama Januari - September. Rinciannya sebagai berikut:
- Minyak solar 13,61 juta kl
- Bensin 4,87 juta kl
- Avtur 2,34 juta kl
Sedangkan volume penjualan JBU khusus BBM dari enam badan usaha 19,17 juta kl selama Januari - September. Rinciannya sebagai berikut:
- PT Pertamina Patra Niaga 17,04 juta kl
- PT AKR Corporindo 1,24 juta kl
- ExxonMobil 719.095 kl
- PT Shell Indonesia 127.382 kl
- PT Aneka Petroindo Raya 14.403 kl
- PT Vivo Energi Indonesia 26.379 kl