Pemerintah menetapkan alokasi kuota BBM bersubsidi solar sebanyak 17 juta kilo liter (KL) untuk tahun 2023. Kuota tersebut lebih tinggi 12,5% dari jatah pada tahun 2022 sebesar 15,1 juta KL, angka awal sebelum ditambah menjadi 17,83 juta KL pada Oktober.
"Kouta Solar tahun 2023 ada 17 juta KL," kata Anggota Komite BPH Migas, Saleh Abdurrahman kepada Katadata.co.id saat dihubungi lewat pesan singkat pada Senin (2/1).
Angka yang disebutkan oleh Saleh sejalan dengan keterangan di dalam Nota Keuangan Anggaran Pembelanjaan dan Belanja Negara (APBN) 2023.
Selain mengatur alokasi subsidi Solar tahun ini, dokumen tersebut juga menuliskan bahwa pemerintah masih akan menyalurkan subsidi penyaluran minyak tanah sejumlah 500.000 kilo liter dan 8 juta metrik ton untuk elpiji tabung 3 kilo gram.
Terkhusus Solar, pemerintah akan meningkatkan besaran subsidi tetap Solar tahun ini menjadi Rp 1.000 per liter, naik Rp 500 per liter dari tahun 2022.
Dalam APBN tahun 2023, subsidi energi dialokasikan sebesar Rp 211.976,1 miliar yang terdiri atas subsidi jenis BBM tertentu dan elpiji tabung 3 kg sebesar Rp139.399,3 miliar serta subsidi listrik sebesar Rp72.576,9 miliar.
Kendati demikian, dokumen tersebut belum menuliskan ihwal bersaran alokasi untuk BBM bersubsidi Pertalite. Saleh juga mengatakan, penentuan alokasi penyaluran Pertalite masih dalam tahap pembahasan meski sudah memasuki dua hari di tahun 2023. "Untuk Pertalite nanti akan disampaikan Bu Kepala BPH Migas," ujarnya.
Sebelumnya, BPH Migas memproyeksikan bahwa konsumsi BBM bersubsidi Pertalite naik hingga 6-10% pada 2023 dari alokasi kuota tahun ini.
Hal tersebut menyusul pulihnya kegiatan ekonomi masyarakat dari beragam sektor seiring pandemi Covid-19 yang menjadi endemi di dalam negeri. Sehingga, peningkatan serapan Pertalite dapat mencapai 1,79-2,99 juta KL dan solar 1,42-1,78 juta KL.
Perkiraan lonjakan penyerapan Pertalite di tahun depan timbul dari hitung-hitungan asumsi pertumbuhan ekonomi dan realisasi konsumsi tahun 2022.
BPH Migas melaporkan penyaluran BBM bersubsidi Pertalite dan Solar hingga pekan terakhir 2022 mencapai di atas 98%. Adapun sisa kuota Pertalite dan Solar hingga pekan terakhir 2022 masing-masing sekira 680.000 KL dan 360.000 KL.
Catatan BPH Migas hingga 28 Desember, distribusi Pertalite sebanyak 29,23 juta KL atau 97,73% dari kuota tahunan sejumlah 29,91 juta KL. Sementara penyaluran Solar sebesar 17,47 juta KL atau 97,98% dari total kuota 17,83 juta KL.
Lebih lanjut, perkiraan serapan Pertalite hingga hari terakhir di tahun 2022 mencapai 29,48 juta KL atau 98,56% dari kuota. Sedangkan untuk Solar sebesar 17,61 KL atau 98,76% dari keseluruhan kuota tahunan.
"Tahun depan konsumsi Pertalite diproyeksikan naik antara 6% sampai 10%. Sementara penyerapan untuk tahun ini bisa 99%," kata Saleh lewat pesan singkat WhatsApp pada Kamis (29/12).
Sebagai informasi, komposisi bahan bakar nabati pada produksi Solar tahun 2023 akan ditingkatkan menjadi 35% lewat program biodiesel B35. Adapun B35 adalah mencampur biodiesel dari fatty acid methyl ester atau FAME minyak kelapa sawit sebesar 35% ke dalam komposisi BBM solar.
Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Edi Wibowo, mengatakan total alokasi biodiesel untuk program B35 di tahun 2023 diperkirakan mencapai 13,15 juta kiloliter (KL).
Langkah ini merupakan langkah pemerintah untuk menekan impor solar dan mengantisipasi kenaikan harga minyak dunia. "Alokasi B35 pada 2023 sekitar 13,15 juta KL dan sedang proses penetapan untuk implementasi mulai 1 Januari 2023. Jadi solar impor yang digantikan ya 13,15 juta KL," kata Edi kepada Katadata.co.id, Jumat (9/12).