Conrad Asia Energy resmi ditunjuk sebagai pengelola Wilayah Kerja (WK) Migas Offshore North West Aceh, Meulaboh dan WK Offshore South West Aceh, Singkil selama 30 tahun atau hingga 2053.
Keputusan ini ditetapkan usai CEO Conrad Asia Energy Miltos Xynogalas dan Menteri ESDM Arifin Tasrif menandatangani kontak bagi hasil di Kantor Kementerian ESDM pada Kamis (5/1).
Direktur Jenderal Migas Tutuka Ariadji mengatakan bahwa total investasi komitmen pasti dari penandatanganan kontrak bagi hasil dua WK tersebut mencapai US$ 30 juta atau setara Rp 468 miliar dengan kurs Rp 15.613 per dolar AS, dan bonus tanda tangan sebesar US$ 100.000 atau Rp 1,56 miliar.
"Kedua kontak bagi hasil cost recovery tersebut merupakan kontrak eksplorasi dengan jangka waktu 30 tahun dengan split bagi hasil 60:40 untuk minyak dan 55:45 untuk gas," kata Tutuka.
Ditemui usai seremoni penandatanganan kontrak bagi hasil, Miltos Xynogalas mengatakan langkah ini merupakan aksi perusahaan untuk memperluas cakupan kegiatan eksplorasi migas di Indonesia.
Sebelum resmi ditunjuk sebagai pengelola WK Meulaboh dan WK Singkil, Conrad telah lebih dulu menjadi operator di Blok Duyung yang berlokasi di Cekungan Natuna Barat, Perairan Natuna.
"Aset utama kami ada di Natuna, Duyung PSC. Sekarang kami memperluasnya. Kami bergerak ke area baru. Aceh ini baru bagi kami," kata Xynogalas.
Dia pun mengatakan bahwa perusahaan masih belum dapat memproduksi migas dari dua blok tersebut dalam waktu dekat. Menurut Xynogalas, Conrad masih perlu waktu yang cukup untuk mengangkut minyak dan gas dari WK Meulaboh dan WK Singkil.
"Sedikit prematur untuk mengatakan sekarang. Tapi mungkin akan lebih dari 3-4 tahun dari sekarang. Jadi, tak dalam waktu dekat, karena masih ada proses eksplorasi dan butuh waktu untuk on stream," ujar Xynogalas.
Adapun WK Offshore North West Aceh, Meulaboh terletak di lepas pantai Aceh seluas 9.182 km2 dengan total potensi sekitar 800 juta miliar barel minyak dan 4,8 triliun kaki kubik (TCF) gas.
Sedangkan WK Offshore South West Aceh, Singkil terletak di lepas pantai Aceh seluas 10.700 km2 dengan total potensi sekitar 1,4 miliar barel minyak dan 8,6 triliun kaki kubik (TCF) gas.