Lifting Minyak dan Gas 2022 Tak Capai Target, Ini Penyebabnya

Katadata / Trion Julianto
Kunjungan SKK Migas ke Tempat Pemisahan Minyak CGS PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) di Duri, Riau (31/12/2022).
18/1/2023, 17.53 WIB

SKK Migas mencatat lifting minyak dan salur gas sepanjang 2022 berada di bawah target APBN. Lifting minyak berada di angka 612.300 barel per hari (bopd) atau hanya 87,1% dari target 703.000 bph. Angka tersebut lebih rendah 7,8% dari pencapaian lifting minyak 2021 yang tercatat 660.300 bopd.

Perolehan salur gas pun meleset, mencapai 5.347 Juta standar kaki kubik per hari (mmscfd) atau 92,2% dari target APBN sebesar 5.800 mmscfd. Angka tersebut lebih rendah 2,95% lebih kecil dari salur gas tahun periode sebelumnya sejumlah 5.505 mmscfd.

Deputi Eksploitasi SKK Migas, Wahju Wibowo, menjelaskan beberapa hambatan yang menyebabkan target lifting minyak dan salur gas bumi pada akhir 2022. Pertama, faktor pandemi Covid-19 yang berkepanjangan selama dua tahun terakhir.

Kedua, target lifting minyak yang meleset pada 2021 berdampak pada defisit 49.000 bopd pada awal 2022. Ketiga, kendala pengoperasian lapangan tua yang mendekati fase penurunan produksi alami atau natural decline.

"Hasil pengeboran di beberapa lapangan belum memenuhi target. Jadi ini menjadi input evaluasi pada 2023," kata Wahju saat konferensi pers di Kantor SKK Migas Jakarta pada Rabu (18/1).

Adapun penyebab melesetnya target salur gas juga karena beberapa kendala. Terutama, berhentinya produksi dari kilang secara tak terduga atau unplanned shutdown di sejumlah lapangan migas besar sejak awal tahun.

Sejumlah lapangan migas besar yang mengalami unplanned shutdown adalah Pertamina Hulu Rokan (PHR), Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL) dan Train II Kilang LNG Tangguh milik BP Indonesia. SKK Migas juga mencatat lapangan minyak Kedung Keris yang masuk dalam wilayah EMCL Kabupaten Bojonegoro mengalami kendala berupa korosi pada pipa penyalur.

"Yang cukup signifikan itu unplanned shutdown. Begitu kondisi turun diikuti unplanned shutdown yang cukup tinggi juga, artinya data ini perlu ditindaklanjuti," ujar Wahju.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu