Pembangunan proyek smelter Amman di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), terus dilakukan oleh PT Amman Mineral Industri (AMIN). Hingga Januari 2023, proyek itu terus berkembang dengan realisasi investasi lebih dari 51%. Proyek tersebut ditargetkan rampung pada akhir tahun 2024.
Faktor eksternal seperti pandemi Covid-19 dan krisis energi di Eropa menyebabkan kendala logistik dan mobilisasi sumber daya manusia. Sehingga, target semula penyelesaian smelter pada tahun 2023 tidak dapat terlaksana.
“Kami akan terus berupaya untuk mengatasi berbagai kendala eksternal yang ada serta berusaha untuk mempercepat proses konstruksi. Sehingga, target realistis yaitu akhir tahun 2024 dapat tercapai,” ujar Presiden Direktur AMIN Rachmat Makkasau dalam siaran pers, Senin (13/2).
Capaian per Januari 2023 ini didasari perhitungan realisasi anggaran kebutuhan untuk smelter, yang meliputi pembangunan fisik serta pembelian peralatan dan mesin untuk operasional. Proses verifikasi oleh pihak ketiga independen kini masih berlangsung.
Proyek smelter Amman menjadi penyumbang realisasi investasi terbesar di Sumbawa Barat tahun lalu. Sekretaris Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Sumbawa Barat, Slamet Riadi, mengungkapkan terjadi kenaikan realisasi investasi yang melebihi target, yaitu sebesar 278,22%, atau setara Rp11,87 triliun.
“Masuknya smelter juga menjadi efek domino terhadap kehadiran investasi pada sektor lainnya,” jelas Slamet. Realisasi investasi di NTB pada 2022 mencapai Rp21,61 triliun. Angka tersebut melampaui target Badan Koordinasi Penanaman Modal sebesar Rp18,5 triliun, serta target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPMJD) NTB sebesar Rp15,4 triliun.
Investasi tersebut juga mendukung kembali bergairahnya roda ekonomi dan investasi yang melemah akibat pandemi Covid-19. Berdasarkan akumulasi data penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing, Sumbawa Barat berada pada urutan pertama realisasi investasi, yakni senilai Rp14,61 triliun. Kemudian, disusul Kabupaten Dompu sebesar Rp3,28 triliun, dan Kota Mataram Rp1,60 triliun.