Ekspor Pertambangan Januari Meroket 121%, Didorong Komoditas Batu Bara

ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/nym.
Sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (29/11/2022).
Penulis: Happy Fajrian
15/2/2023, 14.50 WIB

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa ekspor komoditas pertambangan dan lainnya pada Januari 2023 melonjak lebih dari dua kali lipat secara tahunan, atau dibandingkan dengan Januari tahun sebelumnya.

Nilai ekspor pertambangan dan lainnya pada Januari 2023 tercatat mencapai US$ 4,81 miliar naik 121,46% dibandingkan US$ 2,17 miliar pada Januari 2022. Meski demikian, jika dibandingkan dengan Desember atau secara bulanan, ekspor tercatat turun sebesar 12,66% dari US$ 5,5 miliar.

“Ekspor produk pertambangan dan lainnya naik 121,46% yang disumbang oleh meningkatnya ekspor batu bara,” tulis laporan BPS dalam berita resmi statistik perkembangan ekspor dan impor Indonesia Januari 2023, Rabu (15/2).

Menurut data BPS, sepanjang 2022 ekspor komoditas batu bara dengan kode HS 2701, yakni batu bara, briket, ovoid dan bahan bakar padat semacam itu yang dibuat dari batu bara, mencapai 360,28 miliar ton dengan nilai US$ 46,74 miliar.

Secara volume ekspor batu bara sepanjang 2022 hanya naik 14,83 juta ton atau 4,29%. Namun nilainya melonjak hingga US$ 20,21 miliar atau 76,15%. Lonjakan nilai ekspor ini didorong oleh tingginya harga batu bara sepanjang 2022.

Sebagai informasi, harga batu bara dunia sempat menyentuh level tertingginya sepanjang masa pada Oktober 2022 di level US$ 403 per ton. Harga terus terus terkoreksi hingga akhir tahun dan memasuki tahun 2023, namun masih berada di atas US$ 200 per ton.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah mengatakan bahwa terjadi penurunan kinerja ekspor batu bara pada Januari 2023 dibandingkan bulan sebelumnya, di mana secara volume turun menjadi 26,2 juta ton, sedangkan harganya berada pada level US$ 317,99 per ton.

“Untuk komoditas batu bara, (penurunan kinerja ekspor) selain karena penurunan volume juga terjadi penurunan harga,” ujarnya dalam konferensi pers.

Adapun penurunan volume ekspor batu bara terjadi lantaran turunnya permintaan dari Cina yang merupakan salah satu pasar ekspor utama komoditas batu bara Indonesia, seiring dengan musim dingin yang lebih hangat dan meningkatnya produksi batu bara Cina.

Sementara permintaan dari Eropa juga mengalami penurunan lantaran melimpahnya pasokan gas alam sehingga penggunaan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara berkurang.

Menurut laporan analis komoditas internasional, Kpler, permintaan batu bara Eropa pada Januari turun menjadi 8,16 juta ton dibandingkan 8,75 juta ton pada Desember. Bahkan dalam laporan terbaru, pengiriman pada Februari tercatat hanya mencapai 6,61 juta ton.

Senada, impor batu bara oleh Cina pada Januari tercatat sebesar 20,24 juta ton, turun dari 23,81 juta ton pada Desember 2022. Sedangkan pada Februari impor turun lagi menjadi hanya 13,41 juta ton.