Bahlil: Progres Smelter Tembaga Freeport Sudah 50%, Rampung Tahun ini
Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengungkapkan bahwa konstruksi fisik pabrik pengolahan dan pemurnian atau smelter tembaga milik PT Freeport Indonesia di Gresik, ditargetkan rampung pada akhir tahun ini.
Menteri Investasi atau Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan, saat ini progres konstruksinya sudah mencapai sekitar 50% lebih. Menurutnya, pembangunan smelter ini nantinya akan menjadi salah satu smelter tembaga terbesar di dunia dengan investasi mencapai US$ 3 miliar atau sekira Rp 45 triliun.
“Untuk kapasitas penampung konsentrasinya sebesar 1,7 juta ton, itu di luar yang eksisting. Sekarang yang 800 ribu dinaikan volumenya menjadi 1,3 juta ton. Jadi menyangkut dengan pendanaannya, enggak ada masalah,“ ujarnya kepada awak media, saat ditemui di Kantor Kementerian Investasi, Jakarta, Kamis (16/2).
Kemudian, Bahlil mengungkapkan pembangunan smelter untuk tembaga milik Freeport Indonesia di Gresik pembiayaannya dikuasai oleh pihak asing karena minimnya pengusaha lokal yang memiliki smelter.
“Karena pertama memang perbankan kita yang belum terlalu bersungguh-sungguh membiayai pembangunan smelter. Smelter ini kan tidak bisa dibangun lewat APBN,“ ujar Bahlil.
Selain itu, alasan kedua karena pihak asing memiliki teknologi yang lebih baik dan maju sehingga mendukung secara penuh pembangunan smelter tersebut, "Artinya mereka bangun smelter di Indonesia, mengambil bahan baku di Indonesia, kolaborasi," ujarnya.
Sebelumnya, Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan proses pembangunan smelter senilai Rp 42 triliun ini sudah mencapai 51,7% per Desember 2022. Dimana saat itu perusahaan sudah menghabiskan Rp 25 triliun untuk proyek tersebut.
“Konstruksi fisiknya semua akan diselesaikan akhir 2023 ini. Lalu ke tahap commissioning pada awal tahun depan dan beroperasi Mei 2024,” katanya saat meninjau perkembangan proyek di kawasan industri Java Integrated Industrial & Port Estate (JIIPE) Manyar, Gresik, Jawa Timur, Jumat (13/1).
Tony menegaskan proyek ini akan mewujudkan smelter tembaga sistem satu jalur terbesar di dunia. Selain itu, smelter tersebut juga bagian penting perjanjian divestasi saham Freeport kepada Pemerintah Indonesia melalui MIND ID.
Dalam perjanjian tersebut, Freeport ditargetkan membangun smelter dalam kurun lima tahun alias paling lambat 2023. Ini menjadi bagian dari kebijakan Presiden Joko Widodo untuk mendorong hilirisasi produk hasil tambang di dalam negeri.
Smelter Freeport berdiri di atas lahan seluas 100 hektare (ha) di dalam kawasan JIIPE yang dikelola oleh PT Aneka Kimia Raya (AKR). Selain membangun smelter berkapasitas 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun, Freeport juga membangun fasilitas Precious Metal Refinery (PMR) kapasitas 6 ribu ton per tahun.
Ada juga pembangunan fasilitas desalinasi air laut untuk memasok kebutuhan air smelter dan pelabuhan untuk bongkar muat hasil produksi.