JPMorgan Ramal Harga Minyak di Bawah US$100 Meski Permintaan Pulih

Pertamina Hulu Energi
Ilustrasi rig pengeboran migas lepas pantai.
Penulis: Happy Fajrian
20/2/2023, 14.39 WIB

Harga minyak dunia tahun ini diramal tidak akan setinggi pada 2022 seiring dengan potensi penambahan pasokan dari negara-negara pengekspor minyak dan sekutunya termasuk Rusia, atau dikenal dengan OPEC+, pada pertengahan tahun.

Analis bank investasi dunia JPMorgan menyebutkan OPEC+ tidak mungkin mempertahankan harga dasar di level US$ 80 per barel, dan karenanya kemungkinan tidak akan memangkas kuota produksinya tahun ini sebesar 2 juta barel per hari seperti yang diumumkan pada Oktober 2022.

“Kelompok tersebut malah dapat menambahkan produksi 400.000 barel per hari untuk dipasok (ke pasar),” kata analis JPMorgan dalam catatannya, seperti dikutip Reuters pada Senin (20/2).

Sebelumnya Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan bahwa kesepakatan OPEC+ saat ini untuk memangkas target produksi sebesar 2 juta barel per hari akan dikunci hingga akhir tahun 2023.

“Produksi Rusia diharapkan sepenuhnya pulih pada Juni dan tingkat harga yang lebih tinggi mencegah AS membeli kembali untuk menambah cadangan minyak strategisnya, keseimbangan penawaran-permintaan kemungkinan akan semakin ketat,” kata analis JPMorgan.

Patokan global minyak mentah berjangka Brent diperdagangkan sekitar US$ 83 per barel pada akhir perdagangan Jumat (17/2), di jalur penurunan mingguan karena taruhan bahwa kebijakan moneter AS yang lebih ketat dapat mengurangi permintaan.

JPMorgan juga mempertahankan perkiraannya untuk pertumbuhan permintaan minyak importir utama Cina sebesar 770.000 barel per hari.

Cina diperkirakan akan mengimpor jumlah rekor minyak mentah pada tahun 2023 karena meningkatnya permintaan bahan bakar, “terutama karena orang lebih banyak bepergian setelah pembongkaran pembatasan Covid-19,” kata para analis.

Sebelumnya harga minyak acuan dunia, Brent, sempat mencapai rekor menyentuh rekor tertinggi di level US$ 127,98 per barel, sedangkan WTI di US 123,70 per barel pada Maret 2022, imbas perang Rusia-Ukraina yang mendisrupsi pasokan.

Harga Brent bahkan sempat menyentuh US$ 139,13 per barel dan WTI US$ 130,50 per barel pada perdagangan intraday. Namun harga minyak terus turun hingga sempat menyentuh level di bawah US$ 80 per barel pada awal Desember 2022.