Pertamina Dukung Pertamax Dicampur Bioetanol 5%, RON Bisa di Atas 92

ANTARA FOTO/Ardiansyah/wsj.
Petugas melayani pengisian BBM di SPBU 24.351.126 Jalan Pangeran Antasari, Bandar Lampung, Lampung, Selasa (19/4/2022).
28/2/2023, 22.33 WIB

PT Pertamina menyambut positif rencana pemerintah untuk melakukan uji coba pencampuran bioetanol 5% atau E5 dengan bensin jenis Pertamax pada pertengahan tahun ini. Pertamina memastikan bahwa E5 bisa meningkatkan angka oktan Pertamax menjadi di atas 92.

Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting, mengatakan bahwa perseroan saat ini telah menjalin komunikasi dengan PT Perkebunan Nusantara atau PTPN sebagai penyedia suplai bioetanol untuk program E5.

"Nilai oktan Pertamax memang jadi di atas 92. Aspek teknisnya nanti saya pastikan dulu," kata Irto saat ditemui wartawan selepas acara Economic Outlook 2023 CNBC di The St. Regis Hotel Jakarta pada Selasa (28/2).

Pertamina pun berharap agar uji coba distribusi E5 bisa segera diterapkan. Impelementasi program E5 secara luas dipercaya bisa menekan penggunaan energi fosil di sektor transportasi sekaligus mengurangi porsi impor BBM.

"Prinsipnya kami dukung berbagai alternatif penyediaan energi. Jangan sampai hanya mengandalkan energi fosil," ujar Irto. Sedangkan terkait harga jual E5, Irto mengaku belum bisa memberikan besaran angka pasti.

Dia mengatakan bahwa besaran harga jual E5 di SPBU harus melewati kesepakatan antara produsen etanol dan Pertamina sebagai pihak distributor tunggal atau offtaker. "Soal harga itu nanti harus dibicarakan dan tentunya dilaporkan kepada regulator," kata Irto.

Sebelumnya Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan bahwa uji coba penyaluran perdana bioetanol E5 akan dilangsungkan di SPBU khusus di Surabaya. Pemilihan Kota Pahlawan dilatarbelakangi oleh lokasinya yang dekat dengan produsen bahan baku bioetanol di Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Malang.

Erick menjelaskan bahwa distribusi bioetanol membutuhkan proses logistik yang lebih kompleks daripada bahan bakar minyak atau BBM. Sifat bioetanol yang cepat busuk karena terbuat dari material tumbuh-tumbuhan mewajibkan penyalurannya harus dekat dan terjangkau dari lokasi pabrik.

"Bahan bakar ini tidak bisa terlalu jauh pom bensinnya atau lokasi pengisiannya karena itu bisa busuk," kata Erick dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR pada Senin (13/2).

Dia menyampaikan bahwa pemerintah menargetkan uji coba kebijakan intervensi bahan bakar ini bisa berjalan pada semester I tahun ini. "Uji cobanya nanti di Surabaya sekira 3 atau 4 bulan lagi," ujar Erick.

Adapun produksi bioetanol domestik berasal dari tiga pabrik. Diantaranya dua pabrik di wilayah Jawa Timur, yakni PT Energi Agro Nusantara (Enero) di Kabupaten Mojokerto dengan 30.000 kilo liter (kl), PT Molindo Raya Industrial di Kabupaten Malang dengan 10.000 kl, dan 3.600 kl dari PT Madu Baru di Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu