Subsidi Motor Listrik Bakal Menghemat Konsumsi BBM 165.000 KL/Tahun

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.
Karyawan mengganti baterai sepeda motor listrik di Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU), Gedung Direktorat Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM), Jakarta, Senin (21/12/2020).
7/3/2023, 17.47 WIB

Keputusan pemerintah memberikan insentif senilai Rp 7 juta per unit untuk pengadaan 250 ribu motor listrik dinilai mendatangkan potensi penghematan konsumsi BBM hingga 165.000 kilo liter per tahun. Di saat yang sama, konsumsi listrik akan bertambah senilai Rp 280 miliar per tahun.

Potensi penghematan konsumsi BBM tersebut selanjutnya akan menekan besaran kompensasi BBM bersubsidi, yakni Pertalite, senilai Rp 165 miliar per tahun. Hasil ini merujuk pada hitung-hitungan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).

Kepala Pusat Pangan, Energi, dan Pembangunan Berkelanjutan INDEF, Abra Talattov mengatakan pemberian insentif yang ditujukan untuk pembelian 200 ribu motor listrik baru dan pengadaan 50 ribu motor konversi berdampak pada pengurangan impor BBM secara signifikan.

"Potensi penghematan kompensasi BBM Pertalite per tahun dengan asumsi 250 ribu unit motor listrik Rp 165 miliar," kata Abra kepada Katadata.co.id melalui pesan singkat pada Selasa (7/3).

Lebih lanjut, Abra juga menyampaikan kebijakan potong harga tersebut juga berimplikasi pada tambahan penjualan listrik sebesar Rp 280 miliar per tahun. Hitung-hitungan itu berangkat dari asumsi sebuah motor listrik mengonsumsi 2,2 kilowatt hour (kWh) per hari atau sekira 660 kwh per tahun.

Besaran konsumsi setrum tahunan pada sebuah motor listrik kemudian dikalkulasikan dengan jumlah motor elektrik hasil insentif sejumlah 250 ribu unit. "Potensi tambahan penjualan listrik untuk 250 ribu motor listrik sekitar 165 megawatt hour (mWh), setara dengan Rp 280 miliar per tahun," ujar Abra.

Penghematan beban impor BBM hingga tambahan serapan listrik nasional bisa terus melonjak seiring meningkatnya populasi motor listrik domestik. Abra mengatakan, insentif untuk pengadaan motor listrik bisa menekan ketergantungan impor BBM Indonesia yang mencapai 70% dari jumlah total konsumsi di dalam negeri.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor bahan bakar minyak (BBM) sepanjang 2022 mencapai 347.625 barel per hari (bph) dengan nilai mencapai US$ 19,76 miliar atau sekira Rp 299,41 triliun.

Impor BBM terdiri dari bensin atau gasoline 275.214 bph, dan solar atau gasoil 72.411 bph. Secara volume, impor BBM 2022 naik 26% dari tahun sebelumnya sebesar 275.861 bph dengan rincian 226.431 bph bensin dan 49.430 bph solar.

"Jumlah motor berbasis BBM sekitar 8,7 juta unit, besar jumlahnya. Ketika pemerintah memberikan insentif kepada seluruhnya secara bertahap dan menggantinya dengan motor lsitirk, ada potensi penghematan energi fosil yang signifikan," kata Abra.

Sebelumnya, pemerintah secara resmi mengumumkan penyaluran insentif pembelian motor listrik baru dan konversi masing-masing Rp 7 juta per unit. Bantuan diberikan mulai 20 Maret 2022. Adapun kuota bantuan diberikan untuk 200 ribu kendaraan motor listrik berbasis baterai listrik dan konversi motor listrik sejumlah 50 ribu unit.

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan insentif tersebut berlaku pada pembelian motor listrik pabrikan Gesits, Volta, dan Selis. Agus mengatakan, bantuan tersebut hanya akan berlaku untuk satu Nomor Induk Kependudukan (NIK).

Agus mengaku kementeriannya telah menyiapkan skema penyaluran bantuan kendaraan listrik yang melibatkan perbankan, produsen, dan regulator. "Bantuan ini hanya berlaku untuk satu kali belanja, jadi satu NIK, tidak bisa dia beli kemudian dijual lagi," ujar Agus saat konferensi pers di Jakarta pada Senin (6/3).

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu