Harga Minyak Merosot lebih 3% ke Bawah US$ 80/barel Imbas Gagalnya SVB

Dok. Chevron
Ilustrasi pengeboran minyak.
Penulis: Happy Fajrian
14/3/2023, 16.08 WIB

Kegagalan Silicon Valley Bank (SVB) berdampak terhadap pasar energi global dengan harga minyak acuan dunia merosot lebih dari 3%, ke bawah level US$ 80 per barel.

Harga minyak Brent pada Selasa (14/3) sore diperdagangkan di level US$ 79,51 per barel, sedangkan West Texas Intermediate di level US$ 73,49 per barel. Anjloknya harga minyak dipicu kekhawatiran bahwa kegagalan SVB yang mengguncang pasar ekuitas memicu kekhawatiran tentang krisis keuangan baru.

"Pedagang energi tidak mengharapkan jatuhnya pemberi pinjaman terbesar ke-16 di Amerika untuk memicu gelombang penghindaran risiko utama yang akan mengirim harga minyak mentah Brent di bawah level US$ 80 per barel," kata Edward Moya, analis pasar senior di Oanda, dikutip dari Morningstar, Selasa (14/3).

Penutupan tiba-tiba SVB Financial memicu kekhawatiran tentang risiko bank lain akibat kenaikan tajam suku bunga Federal Reserve AS selama setahun terakhir.

SVB, pemberi pinjaman untuk startup teknologi yang didukung oleh pemodal ventura, gagal secara dramatis pada Jumat (10/3), dengan harga sahamnya anjlok hingga 60% sebelum perdagangannya dihentikan oleh otoritas bursa Amerika Serikat.

Langkah SVB yang mengumumkan bahwa dibutuhkan peningkatan modal besar-besaran untuk menstabilkan neraca direspons negatif oleh investor yang menyebabkan kepanikan dan penarikan dana besar-besaran dari bank tersebut.

Pemerintah AS kemudian meluncurkan langkah-langkah darurat untuk menghindari penularan yang dapat menyebabkan krisis keuangan yang lebih luas. Pemerintahan Biden berjanji bahwa bank akan menanggung kerugian, bukan pembayar pajak.

Kegagalan SVB yang menyebabkan pengambilalihan oleh pihak berwenang telah memicu kekhawatiran bahwa penularan, yang disebabkan oleh kenaikan suku bunga agresif Federal Reserve, dapat menyebar ke bank lain.

Pada saat yang sama, kasus kegagalan bank yang terbesar kedua dalam sejarah AS ini telah memicu spekulasi bahwa Fed dapat memperlambat laju kenaikan suku bunga ke depan.

Saham AS secara keseluruhan telah mengalami perdagangan yang volatil, dengan banyak pergerakan pada aset safe-haven dan menghindari minyak dan gas, tetapi dampak kegagalan SVB jelas membuat para pedagang tidak siap.

Analis Price Futures Group Phil Flynn mengatakan bahwa agak mengejutkan melihat harga minyak jatuh. "Mengingat fakta bahwa Fed kemungkinan besar akan lebih sulit menaikkan suku bunga secara agresif, dan itu akan menyebabkan pelemahan dalam dolar,” ujarnya seperti dikutip Reuters.

Para pedagang sekarang tidak lagi mengharapkan kenaikan suku bunga 50 basis poin (bps) oleh Federal Reserve minggu depan, dengan proyeksi kenaikan 25 basis poin saat ini, bahkan menjelang rilis data harga konsumen AS hari ini.

Para ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan harga konsumen naik 0,4 persen pada Februari, yang akan menurunkan kenaikan IHK tahun-ke-tahun menjadi 6,0 persen pada Februari dan menandai kenaikan tahun-ke-tahun terkecil sejak September 2021.

Hasil inflasi konsumen AS yang lebih kuat dari perkiraan akan memberikan tekanan lebih lanjut pada harga minyak dalam jangka pendek, kata analis National Australia Bank dalam sebuah catatan.

Di luar gelombang kejutan Silicon Valley Bank, harga minyak juga berada di bawah tekanan karena tanda-tanda pemulihan ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan di Cina, "meskipun pembatasan Covid-19 dicabut," kata seorang analis di CMC Markets, Leon Li.

"Pasar sebelumnya memperkirakan pemulihan ekonomi Cina yang kuat, tetapi tingkat inflasi Februari terbaru hanya 1,0 persen tahun-ke-tahun, yang mencerminkan keadaan deflasi ekonomi Cina saat ini dan permintaan yang lemah," katanya.