Perusahaan kontraktor PT Sentra Multikarya Infrastruktur (SMI) menyayangkan sikap SKK Migas dan BP Tangguh yang yang memilih pipa impor untuk proyek gas Tangguh LNG, alih-alih menggunakan pipa buatan dalam negeri.

Direktur Utama SMI, Pilipus Leonard Simatupang, mengatakan penggunaan pipa impor untuk proyek Tangguh di Lapangan Ubadari, Papua Barat tersebut dinilai merugikan negara karena tidak mengutamakan pipa produksi dalam negeri sehingga mengurangi dampak multiplier effect hingga menekan potensi penghematan devisa.

Pilipus menyampaikan bahwa SKK Migas dan BP mewajibkan penggunaan pipa jenis CRA-Metallurgical Bonden Clad atau pipa Hot Rolled Bonded (HRB). Pipa jenis ini merupakan barang yang hanya bisa diproduksi oleh pabrikan luar negeri.

Menurut Pilipus, kewajiban untuk menggunakan pipa jenis HRB akan menimbulkan potensi harga yang tidak kompetitif dan menimbulkan kerugian negara. Apalagi proyek pengadaan pipa untuk Lapangan Ubadari itu berada di kisaran nilai US$ 300 juta atau setara dengan Rp 4,5 triliun.

"Ini adalah salah satu contoh dari sekian banyak proyek di bawah naungan SKK Migas yang tidak mempedulikan kepentingan nasional. Dapat dibayangkan betapa banyak penghematan devisa yang bisa didapatkan dengan penggunaan produk dalam negeri," kata Pilipus di dalam suratnya kepada Presiden Jokowi, dikutip Jumat (24/3).

Dalam surat tersebut, Pilipus mendorong SKK Migas dan BP untuk menggunakan pipa produksi dalam negeri. Menurutnya, terdapat satu pabrikan pipa domestik yang sanggup memproduksi pipa CRA yang menggunakan sistem mechanical bonded yang disebut Mechanical Lined Pipe (MLP).

Pipa yang diproduksi oleh pabrikan asal Batam, PT Cladtek Bi-Metal Manufacturing itu dinilai punya kualitas yang sama baik dengan pipa HRB yang keberadaannya harus dibeli secara impor. "Pipa itu dapat digunakan dalam proyek BP Ubadari. Harga teknologi pipa CRA MLP juga secara signifikan juga lebih rendah," ujar Pilipus.

Lebih lanjut, kata Pilipus, penggunaan pipa MLP tidak menimbulkan masalah teknis seiring hasil studi dari LAPI ITB. Kekhawatiran yang ditakutkan oleh BP dapat diatasi dengan dengan mempertebal lapisan clad pada pipa tersebut.

Dalam surat tersebut, Pilipus juga meminta KPK dan Kejaksaan Agung untuk memeriksa pembelian ini apabila tetap dilakukan secara impor.

"Presiden Joko Widodo yang dalam beberapa kesempatan selelu berbicara dengan untuk penggunaan produk dalam negeri. Setop impor dan penghematan devisa. Kami menilai proyek ini tidak mencerminkan apa yang diminta oleh Bapak Presiden," kata Pilipus.

Manajer Pemasaran PT Cladtek Bi-Metal Manufacturing, Alvin Pangemanan mengklaim bahwa pipa berteknologi MLP hasil pabrikannya dapat menjadi solusi bagai jalur pipa gas yang akan digunakan dalam proyek BP Tangguh di Lapangan Ubadari.

Dalam suratnya yang ditujukan kepada Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) per tanggal 23 Januari 2023, Alvin megatakan penggunaan pipa produk lokal dapat menyumbang TKDN sekira 45%-60% dan bisa menghemat sampai US$ 70 juta atau sekira Rp 1 triliun dibandingkan dengan menggunakan pipa impor HRB.

SKK Migas Klaim Kinerja TKDN Terus Meningkat

Menanggapi hal tersebut, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi Suryodipuro, menyampaikan bahwa SKK Migas berkomitmen penuh dan selalu mendorong program peningkatan kapasitas nasional.

Menurut Hudi, hal itu bisa terlihat target key performance indicator (KPI) tingkat kandungan dalam negeri (TKDN), organisasi Kapnas dan hasil pencapaian kadar TKDN hulu migas yang setiap tahun naik dan mencapai 64.75% pada tahun 2022.

Hudi melanjutkan, hasil evaluasi teknis terkait pemilihan pipa untuk jalur Ubadari ORF sepanjang 72 kilometer (km) menunjukkan bahwa pipa yang dibutuhkan harus dapat memenuhi kriteria terkait spesifikasi gas yang korosif dan juga tantangan instalasi dan operasi yang berada di Lapangan Tangguh untuk aplikasi gas yang asam.

Hasil studi menyimpulkan bahwa pipa dibutuhkan adalah pipa HRB 24 inci yang secara inheren lebih aman dan sudah terbukti di lapangan karena telah digunakan pada awal pengembangan lapangan LNG Tangguh

"Dilihat dari pengalaman di Tangguh yang hingga saat ini tidak ada kegagalan teknis pada proyek dan operasinya," kata Hudi kepada Katadata.co.id, Jumat (24/3). "Hasil studi dari BP juga telah diverifikasi oleh LAPI ITB."

Hasil verifikasi itu diantaranya dalam hal perbandingan penggunaan jenis pipa yang paling cocok secara teknis dengan kebutuhan di lapangan dan ketersediaan di pasar dalam negeri sampai pertimbangan kapasitas produksi terkait volume, diameter dan ketebalan pipa serta tingkat kematangan teknologi atau technology readiness level (TRL) untuk spesifikasi pipa yang dibutuhkan.

Sementara itu, terkait alternatif pipa lain yang yaitu pipa (MLP) masih ditemukan masih adanya kesenjangan dan keterbatasan terhadap penggunaan pipa MLP ukuran 24 inci di industri dimana pipa MLP memiliki maturity level yang rendah. Serta belum terdapat studi dan kualifikasi untuk menentukan apakah pipa jenis tersebut akan dapat mencapai maturity level yang disyaratkan oleh BP, sebagaimana juga diverifikasi oleh hasil studi LAPI ITB.

Menjawab soal kekhawatiran yang dapat diatasi dengan dengan mempertebal lapisan clad pada pipa MLP, Hudi menyampaikan bahwa penambahan ketebalan harus didahului oleh studi penentuan ketebalan yang dilanjutkan dengan proses pengujian atau kualifikasi. "Kalaupun berhasil, akan memakan waktu yang sepenuhnya di luar tata waktu proyek UCC," ujar Hudi.

Menurut Hudi, jalur Pipa 24 inci Ubadari – ORF adalah koridor utama produksi gas Tangguh dimana pengembangan lapangan-lapangan baru itu akan dikembangkan di koridor barat, termasuk lapangan-lapangan yang merupakan dasar dari perpanjangan KKS Tangguh setelah 2035 yang seluruhnya akan terintegrasi pada jalur pipa ini.

Dengan demikian menjadi sangat penting untuk memastikan keamanan dan integritas pipa Ubadari baik untuk saat ini maupun di masa mendatang. "Sehingga pipa 24 inci Ubadari-ORF membutuhkan pilihan pipa yang memenuhi kriteria keteknikan, keamanan, integrity dan deliverability proyek," kata Hudi.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu