Harga Minyak Melonjak 6% Imbas Rencana OPEC+ Pangkas Lagi Produksi

KATADATA
Ilustrasi. Harga minyak mentah Brent melonjak 6,3% atau US$5,04 ke level US$84,93 per barel, setelah menyentuh level tertinggi sejak 7 Maret di US$86,44.
Penulis: Agustiyanti
4/4/2023, 06.34 WIB

Harga minyak acuan dunia melonjak 6% pada perdagangan Senin (3/4), sehari setelah kelompok OPEC+ mengguncang pasar dengan pengumuman akan memangkas lebih banyak produksi. Pemangkasan produksi meningkatkan kekhawatiran semakin mengetatnya pasokan. 

Harga minyak mentah Brent melonjak 6,3% atau US$5,04 ke level US$84,93 per barel, setelah menyentuh level tertinggi sejak 7 Maret di US$86,44. Harga minyak mentah West Texas Intermediate ditutup naik US$4,75, atau 6,3% menjadi US$80,42 per barel setelah naik ke level tertinggi dua bulan selama sesi tersebut.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak  dan sekutunya termasuk Rusia atau OPEC+, mengguncang pasar dengan pengumuman hari Minggu (2/4) bahwa mereka akan menurunkan target produksinya lebih lanjut sebesar 1,16 juta barel per hari (bpd). Berdasarkan perhitungan Reuters, komitmen tersebut membuat total volume produksi yang akan dipangkas oleh OPEC+ menjadi 3,66 juta barel per hari. Ini setara dengan 3,7% dari permintaan global.

Pemerintahan Presiden AS Joe Biden mengatakan telah memberi "peringatan" terkait rencana pemotongan produksi ini dan mengatakan kepada pejabat Saudi bahwa mereka tidak setuju dengan itu.

OPEC menggambarkan langkah pemangkasan produksi ini sebagai  sebagai tindakan pencegahan. Analis mengatakan melemahnya ekonomi dan meningkatnya stok minyak mendukung keputusan tersebut  Harga minyak pada bulan lalu jatuh ke level US$ 70 per barel. terendah dalam 15 bulan terakhir seiring konsen pasar terhadap krisis perbankan global yang dapat memukul permintaan.

Kepala perusahaan investasi Pickering Energy Partners mengatakan, langkah terbaru OPEC+ untuk memangkas produksi akan mendorong harga minyak US$ 10 per barel. Pialang minyak PVM memperkirakan lonjakan harga akan terjadi segera setelah perdagangan dimulai setelah akhir pekan.

"Saya memperkirakan harga akan naik, beberapa dolar lebih tinggi ... mungkin sebanyak US$3," kata Tamas Varga dari PVM seperti dikutip dari Reuters, Senin (3/4). 

Produsen utama OPEC Arab Saudi mengatakan akan memangkas produksi sebesar 500.000 barel per hari. Kementerian energi Saudi mengatakan, pemangkasan produksi secara sukarela ini adalah tindakan pencegahan yang bertujuan mendukung stabilitas pasar minyak. "OPEC mengambil langkah pre-emptive jika ada kemungkinan penurunan permintaan," kata Amrita Sen, pendiri dan direktur Energy Aspects.

OPEC+ pada Oktober lalu telah menyetujui pengurangan produksi 2 juta barel per hari dari November hingga akhir tahun, sebuah langkah yang membuat marah Washington karena pasokan yang lebih ketat mendorong harga minyak.

AS berpendapat bahwa dunia membutuhkan harga yang lebih rendah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan mencegah Presiden Rusia Vladimir Putin memperoleh lebih banyak pendapatan untuk mendanai perang Ukraina Pemerintahan Biden melihat langkah terbaru yang diumumkan oleh produsen besar minyak dunia ini tidak bijaksana.

"Kami tidak berpikir pemangkasan produksi saat ini dibutuhkan mengingat ketidakpastian pasar, dan kami telah menjelaskannya," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional.

Pemangkasan produksi oleh negara-negara OPEC+ telah dimulai dari Mei dan berlangsung hingga akhir tahun. Berdasarkan pernyataan resmi, Irak akan mengurangi produksinya sebesar 211.000 barel per hari. 

UEA mengatakan akan memangkas produksi sebesar 144.000 bpd, Kuwait mengumumkan pemotongan 128.000 bpd sementara Oman mengumumkan pemotongan 40.000 bpd, dan Aljazair mengatakan akan memangkas produksinya sebesar 48.000 bpd. Kazakhstan juga akan memangkas produksi sebesar 78.000 bpd.

Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak juga menyatakan bahwa Moskow akan memperpanjang pemangkasan produksi yang dilakukan secara sukarela ini sebesar 500.000 barel per hari hingga akhir tahun 2023. Moskow mengumumkan pemangkasan produksi  secara sepihak tersebut pada bulan Februari setelah pengenalan batas harga Barat.