Pertamina Klaim Pengadaan Rig sampai Akhir Tahun Capai Target

Bernard Chaniago | KATADATA
Rig Pertamina
Editor: Lavinda
10/4/2023, 22.51 WIB

PT Pertamina (Persero) memenuhi kontrak pada pengadaan fasilitas menara bor atau rig sepanjang 2023. Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Wiko Migantoro mengklaim, perusahaan migas pelat merah itu sudah mengunci komitmen 73 rig telah terpasang dari target 79 rig hingga akhir tahun.

Pernyataan Wiko sekaligus menjawab laporan SKK Migas ihwal minimnya ketersedian rig pada sektor industri hulu migas domestik. SKK Migas mencatat butuh 150 rig atau alat pengebor untuk memenuhi target pengeboran 991 sumur pengembangan dan 57 sumur eksplorasi. Namun hingga triwulan I, tingkat ketersedian baru menyentuh 111 rig.

"Mungkin 150 itu untuk seluruh Indonesia, kalau Pertamina 73 rig sudah in place, sampai akhir tahun nanti 79 rig," kata Wiko saat ditemui di Gedung Nusantara I Jakarta pada Senin (10/4).

Wiko melaporkan, perseroan mengerek belanja modal menjadi US$ 5,7 miliar atau sekira Rp 84,9 triliun pada rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) 2023. Besaran ini lebih tinggi 44% dari realisasi capex 2022 senilai US$ 3,2 miliar.

Besaran belanja modal tersebut dimanfaatkan untuk mendongkrak kegiatan pengangkutan migas di seluruh perusahaan Pertamina grup dengan pengadaan 73 rig pengeboran dan 133 well intervention rig.

Hingga Maret, PHE sudah mengalokasikan US$ 431 juta belanja modal tahunan. "Diharapkan pada 2023 kontribusi produksi PHE menjadi 68% minyak dan 4% di gas nasional," ujar Wiko.

Sebelumnya, SKK Migas merinci jumlah kebutuhan 150 rig hingga akhir tahun. Pemerintah membutuhkan 111 rig untuk kebutuhan pengeboran 991 sumur dan 39 rig untuk pengembangan 57 sumur eksplorasi.

Kendati demikian, rig yang tersedia sejauh ini masih berada di angka 89 rig sumur pengembangan dan 22 rig sumur eksplorasi. Pemerintah sejauh ini masih mengupayakan pendaan terhadap 22 rig sumur pengembangan dan 19 rig untuk pengeboran sumur eksplorasi.

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi Suryodipuro mengatakan, keterbatasan penyediaan rig ikut mengerek biaya sewa, terutama untuk rig pengeboran di wilayah migas lepas pantai atau offshore.

"Tentu saja karena kondisi global yang mengalami peningkatan kegiatan sejak tahun lalu, menyebabkan ketersediaan rig di Indonesia menjadi terbatas," kata Hudi lewat pesan singkat WhatsApp pada Kamis (6/4).

SKK Migas pun melakukan beberapa langkah untuk mengatasi kekurangan rig, di antaranya dengan menjajaki peluang pengadaan bersama dengan beberapa kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Adapula optimalisasi penggunaan rig dengan mengubah strategi pelaksanaan operasional dari pengeboran yang telah selesai ke beberapa lapangan yang cocok.

SKK Migas melaporkan penyelesaian 169 pengeboran sumur pengembangan migas hingga Maret tahun ini. Capaian tersebut berada di kisaran 17% dari target 991 pengeboran sampai akhir tahun.

Deputi Eksploitasi SKK Migas, Wahju Wibowo, menyampaikan pihaknya bersama PT Pertamina tengah merancang recovery plan atau rencana pemulihan untuk mengerek realisasi pengeboran sumur pengembangan.

Adapun sumur pengembangan merupakan sumur yang dibor pada suatu lapangan minyak eksisting. "Karena yang paling banyak terlambat itu Pertamina grup, maka kami insentif melakukan recovery plan dengan mereka, dan mereka komitmen untuk menyelesaikan apa yang sudah disepakati," kata Wahju di Kantor SKK Migas Jakarta, Rabu (5/4).

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu