SKK Migas melaporkan kabar positif terkait kelanjutan dua proyek stategis nasional (PSN) untuk proyek migas laut dalam atau Indonesia Deepwater Development (IDD) fase II dan pengelolaan Proyek Abadi LNG Blok Masela.
Kepastian mengenai keberlanjutan pengelolaan dua proyek hulu migas tersebut akan ditentukan dalam kesepakatan kunci pada bulan ini.
Kepala SKK Migas, Dwi Soejipto, menyampaikan bahwa perjanjian jual beli saham atau sales and purchase agreement (SPA) hak pengelolaan Chevron di proyek IDD kepada perusahaan migas asal Italia, Eni, bakal diputuskan pada April ini.
"IDD sekarang masih proses dan rencananya SPA akan direncanakan tanda tangan di April ini. Kami sedang menunggu hari -hari ini," kata Dwi dalam konferensi pers Kinerja Hulu Migas Kuartal I tahun 2023, Senin (17/4).
Proyek migas laut dalam yang berlokasi di Cekungan Kutai, Kalimantan Timur bakal berjalan paling lambat pada awal 2024. Target ini mundur dari rencana pada awal 2023.
Proses peralihan saham IDD antara perusahaan migas asal Italia, ENI dengan Chevron masih berlangsung. ENI bakal menjadi operator proyek dengan kepemilikan saham mayoritas sebesar 82%.
Langkah ENI dalam upaya ambil alih blok migas ini cukup strategis karena telah memiliki fasilitas produksi tak jauh dari IDD, yaitu Blok Muara Bakau dan Lapangan Merakes di Blok East Sepinggan, Kalimantan Timur. Lokasi tersebut paralel dengan lokasi IDD di Cekungan Kutai, provinsi yang sama.
Proyek PSN itu punya potensi produksi mencapai 844 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd) untuk gas alam dan minyak bumi 27.000 barel per hari (bopd).
Sementara terkait alih aset 35% saham Blok Masela dari Shell kepada konsorsium Pertamina dan Petronas, Dwi mengungkapkan bahwa konsorsium akan segara menyampaikan klausul perjanjian yang mengikat atau binding offer paling lambat pada pekan ketiga April.
"Masela sekarang sudah dalam proses, April ini diharapkan nanti di minggu ketiga ada penyerahan mengenai penawaran Pertamina. Karena memang Pertamina sudah lebih besar kepastiannya untuk berkonsorsium," ujar Dwi.
Nantinya, konsorsium Pertamina dan Petronas akan berkolaborasi dengan Inpex Corporation sebagai operator sekaligus pemegang saham mayoritas Blok Masela. "Kami juga terus komunikasi dengan Shell agar mereka segera menyelesaikan alih hak partisipasi ini," kata Dwi.
Pertamina dan Petronas kini sedang dalam proses untuk menyepakati rencana pengembangan atau Plan of Development (PoD) bersama SKK Migas. Satu poin utama yang dibahas dalam PoD tersebut adalah implementasi teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau Carbon Capture and Storage (CCS).
Adanya tambahan fasilitas CCS di Proyek LNG Masela berdampak pada biaya proyek yang membengkak sebesar US$ 1,4 miliar atau Rp 21 triliun. "Sejalan dengan itu, Inpex jugamengkaji PoD untuk memasukan CCS menjadi bagian dari Proyek Masela," ujar Dwi.